Mohon tunggu...
Yudi Minda
Yudi Minda Mohon Tunggu... Penulis - Marketer | Minda Art Production

Digital Marketer at Minda Art https://www.mindastudio.com WA.me/62811661160 (Chat Only)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tidak Menghukum Lebih Baik daripada Salah Menghukum

8 Desember 2022   11:43 Diperbarui: 8 Desember 2022   12:28 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi-pagi menerima keluhan dari Ibu Guru, yang merasa pusing dengan anak didiknya yang terlalu Bandel Nakal - Hiperaktif.

Tidak mau buat tugas, membuat masalah dengan setiap Guru. Anak Mantan Pejabat - Camat, ibunya adalah Istri Kedua yang sangat Cerewet.

Apa kesalahan anak itu? 

Anak ini suka membuat gaduh di kelas, suka ngajak ngobrol temannya saat sedang belajar dan tidak mau mengerjakan tugas.

Kalau cuma itu kesalahannya, rasanya belum perlu dikeluarkan dari sekolah.

Fakta Lain tentang anak itu

- Dia anak mantan pejabat, egoisme dan superioritasnya bisa jadi menular dari orang tuanya

- Ibunya Terlalu Cerewet, biasa wanita. Tapi itu tentu ada pengaruhnya kepada anak.

Solusi di Luar Nalar Bikin Melongo 

Apa solusi yang saya sodorkan sangat di luar nalar, bahkan mungkin tak pernah terlintas dalam benak pikiran mereka.

Senakal se-hiperaktif apapun anak pasti punya sisi baik yang belum 'tersentuh'. 

Pendekatan (Approach/PDKT) pada Pendidikan Anak seperti itu tidak sama perlakuannya seperti kepada anak umumnya. Seperti Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, dia inginkan perlakuan khusus, perhatian lebih, atau Caper istilahnya - cari perhatian. 

Jalin Kasih Sayang sebagai Jambatan antara Murid dan Guru 

Hendaklah para guru jadi Pendidik bukan Pengajar semata-mata, yang  hanya mentransfer ilmu, dengan 'mengoceh' di depan kelas, dan memuntahkan segala apa isi yang ada dalam otak kepala (pikirannya), tapi belum menjadi pendidik yang sebenarnya.

Tapi dalam mendidik, kita mestilah memperhatikan aspek mental spiritual / jiwa dan perasaan mereka. 

Jadikan mereka anak-anak murid itu kenal dan sayang dengan kita dulu sebelum mengajar. Perhatikan mereka bukan hanya di dalam kelas, tapi juga di luar kelas, bahkan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat juga sebagai unsur pendidikan yang tak terpisahkan, karena akan berperan sebagai lingkungan (masyarakat) yang akan membentuk karakter para siswa.

Bikin dia Dalam Pengawasan kita Jadikan Dia Ketua Kelas atau Kasih Jabatan Lain yang memungkinkan

Kalau bisa coba dia jadikan ketua kelas, kebetulan dia laki-laki. Bukan karena dia layak, tapi untuk menyalurkan - naluri kepemimpinannya yang menonjol. Selain itu juga bisa lebih sering (intens) untuk bertemu berinteraksi (dalam hal ini aspek pengawasan yang diharapkan).

Siapa tau dia lebih care, lebih bertanggung jawab, setelah jadi 'ketua' kelas!

Jangan sampai memberi contoh yang buruk

Supaya proses pembelajaran berjalan baik, tidak terhalang mental blok antara murid dengan guru, perlu Pendidikan Karakter yang Baik. Bahaya sekali mengajar dalam keadaan mereka bukan hanya tidak kenal tapi malah justru membenci kita. Karena Guru yang mengajar tidak memiliku attitude lebih baik dari anak murid. Bagaimana mungkin muncul rasa sayang dan simpati murid kepada guru?

Kenali siapa yang ada di hadapan kita ini. murid, yang belum lama ketemu, dan tidak selalu dengan kita. Kita belum tau, belum mengenal secara mendalam. Tidak mungkin kenal semua satu per satu. Tapi yang bermasalah ini butuh perhatian dan perlakuan khusus, kita harus lebih mengenalnya.

Hasil Akhir yang Diharapkan

Jangan main vonis main hukum dan mengeluarkan anak murid, cuma gara-gara tidak mengerjakan tugas. 

Hari-hari sekarang ini berat buat orang tua dan juga mereka anak-anaknya. Terlalu banyak kendala external selain faktor sifat karakter internal mereka sendiri.

Tidak Menghukum Lebih Baik daripada SALAH MENGHUKUM

Tidak mudah mendidik manusia di jaman seperti sekarang ini. Kesemrawutan masalah sudah terlalu kompleks. Pantang tersinggung langsung Emosi dan Beraksi. Tidak Menghukum atau Menunda Menghukum lebih Baik daripada Salah Memberi Hukuman.

Dalam Hal Lain Pula, nilai yang tinggi dalam pelajaran tidak menjadi jaminan hidupnya di masa depat akan Sukses. Kadang Berlaku sebaliknya. Anak yang selama di sekolah terkenal paling nakal, ternyata berhasil menjadi "Orang" atau jadi Orang Sukses setelah dewasa. 

Jadi jangan menjadi unsur atau faktor kegagalan hidup mereka. Penilaian secara kognitif teoritis hanya mengukur kecerdasan akal, tidak dengan kecerdasan dan kedewasaan jiwa. Hanya seorang pendidik yang mengenali dan menganggap penting aspek kejiwaan ini. Jadilah Pendidik bukan cuma Pengajar. 

Sumber : MINDA.TV

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun