Tiga hari yang lalu tepatnya hari sabtu tanggal 14 Maret 2020 saya berangkat ke Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat untuk menghadiri kegiatan temu alumni sekaligus pemilihan Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni yang baru.Â
Ketika di perjalanan mungkin sekitar Pukul 14.00 saya mendapatkan informasi bahwa sebagian kegiatan dibatalkan guna mencegah penularan pandemi Covid - 19. Berselang beberapa jam saya mendapatkan informasi lagi bahwa seluruh agenda kegiatan dibatalkan lagi -lagi untuk mencegah penularan virus Corona yang sudah ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO (World Health Organization).
Keesokan harinya Minggu tanggal 15 Maret 2020, Saya menbaca berita online bahwa Gubernur DKI Jakarta membuat kebijakan untuk meliburkan siswa sekolah dan mengurangi jam operasi trasnportasi umum guna melakukan social distancing measure. Kebijakan ini kemudian diikuti oleh beberapa Kepala Daerah lainnya di Indonesia.
Singkat cerita saya langsung merencanakan jadwal kepulangan pada hari Senin Tanggal 16 Maret 2020, sepanjang perjalanan menuju Bandara Smartphone terus berbunyi berisikan notifikasi berita yang didominasi tentang perkembangan Virus Corona (Covid-19).
Saya cukup kaget ketika membaca berita bahwa per 16 Maret 2020 jumlah pasien yang sudah dinyatakan positif corona sebanyak 134 kasus, dan Jakarta menjadi daerah dengan pasien terbanyak.
Saya pun merasa sedikit was - was selama perjalanan pulang menuju bandara, walaupun sudah melengkapi diri dengan masker dan mencuci tangan dengan sabun disetiap tempat pemberhentian yang menyediakan toilet.
Sesampainya di bandara Soekarno - Hatta, Tanggerang, Banten, bandara memang tampak lebih sepi dari biasanya. Akan tetapi ketika saya memasuki ruang tunggu keberangkatan pesawat sudah banyak penumpang yang menunggu dengan jurusan yang sama seperti saya.
Saya pun menjaga jarak (Social Distancing Measure) dengan penumpang lain yang duduk di ruang tunggu. Ketika seluruh penumpang pesawat jurusan yang kami tuju dipersilahkan memasuki pesawat saya terkaget ternyata kursi di Pesawat yang saya tumpangi Full (menurut perhitungan saya).
Dari melihat gerak - gerik para penumpang saya merasa beberapa diantara mereka merupakan mahasiswa yang kuliah di Jakarta, karena perawakan mereka yang tampak seperti seorang anak kuliahan.
Saya langsung teringat bahwa beberapa Universitas termasuk Universitas di Jakarta meliburkan mahasiswanya untuk belajar dari rumah, tapi mengapa mereka kembali ke kampung halamannya?
Hal ini bisa jadi meningkatkan resiko penularan wabah corona di daerah lain apabila para penumpang yang saya lihat di Pesawat memang benar - benar mahasiswa yang tengah dirumahkan, mengingat mahasiswa ini berasal dari daerah terjangkit.