Mohon tunggu...
Yudistira Alik
Yudistira Alik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa semester 3 Prodi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ahli Kunci Hadapi Risiko Pekerjaan dengan Modal Kejujuran

30 Desember 2023   15:37 Diperbarui: 4 Januari 2024   13:14 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena alasan itulah tidak sembarang orang bisa secara tiba-tiba minta diajarkan untuk menjadi seorang ahli kunci. Perlu adanya kepercayaan dan kedekatan emosional dari seorang ahli kunci untuk mengajarkan orang lain. "Saya diajarkan (sebagai ahli) kunci karena saudara saya percaya kepada saya dan tahu latar belakang saya gimana, jadi dia mau mengajarkan," ujar Rafqi.

Kemudian setelah mereka belajar cukup lama untuk menekuni profesi sebagai ahli kunci mereka juga perlu melakukan langkah preventif untuk menghindari diperalat orang lain yang memiliki tujuan kurang baik.  "Sebelum buka kunci itu biasanya kita minta bukti kepemilikan seperti STNK jika memang diminta buka kunci motor, jika diminta membuka rumah biasanya kita memanggil tetangga sekitar atau bahkan ketua RT untuk memastikan yang dibukakan kunci benar-benar pemilik rumah," terang Rafqi.

Seorang ahli kunci memang harus memiliki kejujuran yang tiada henti semasa hidupnya, jarang sekali terdengar kabar seorang ahli kunci kedapatan mencuri. Meski kehidupan terkadang tidak memihak kepada orang yang menekuni profesi ini, namun mereka tetap berpegang teguh dalam mencari pekerjaan halal. "Kalau saya punya niat jahat sebenernya gampang saja untuk mencuri motor jenis matic gitu hanya perlu waktu kurang dari lima menit untuk menghidupkannya, namun niat saya dari awal belajar kunci itu untuk mencari pekerjaan halal, jadi tidak pernah berpikiran untuk mengambil hak orang lain," kata Rafqi.

Karena alasan itulah, seorang pengguna jasa ahli duplikat kunci bernama Savira tidak pernah menaruh curiga, lantaran sudah berulang kali keluarganya memakai jasa ahli duplikat kunci. "Kalau saya percaya-percaya aja dan ga berpikiran negatif, keluarga saya juga kuncinya pernah hilang sebanyak dua kali tapi tidak terjadi apa-apa pada motor saya," ungkap Savira ketika memesan kunci duplikat di gerai Rafqi.

Akhirnya, kepercayaan pelanggan dan kejujuran inilah yang selalu diutamakan oleh Rafqi sebagai modal utama dalam menekuni profesi yang rawan sekali disalahgunakan ini. "Ahli duplikat kunci itu tidak punya kode etik khusus atau disumpah di atas kitab seperti para pejabat, tapi niat kami adalah mencari pekerjaan halal dan pekerjaan ini wajib dikerjakan dengan kejujuran yang berasal dari hati nurani," tegas Rafqi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun