“kalo interview si biasanya bisa berjam-jam pak”. Ujar satpam itu. Hingga akhirnya pak setya pun mulai menghubungi penumpang nya itu, dan ia mengirim pesan singkat kepada penumpang nya. Setelah beberapa jam menunggu lalu ia pun pergi karena akan menjemput anak nya yang pulang sekolah. Beberapa hari kemudian penumpang yang belum membayar jasanya itu mengirim pesan via whatts up kepada pak setya, “pak ini saya penumpang yang kemarin bapak antar interview, maaf ya pak saya tidak mengabari bapak soalnya hp saya mati, saya minta no rekening bapak saja nanti saya transfer ongkos ojek nya.” Ujar penumpang itu dalam pesannya
Pak setya pun memberikan no rekeningnya, hingga akhirnya 2 hari kemudiaan ia menerima transferan yang 2 kali lipat nominalnya dibandingkan ongkos ojek nya saat itu. Tak lama kemudian penumpangnya pun kembali mengirim pesan kepada pak setya, “pak uangnya sudah saya transfer, lebihnya ambil saja buat bapak sebagai permintaan maaf saya kepada bapak, terimakasih ya pak”. Ucap penumpangnya lewat pesan.
Meski sering mendapatkan hal-hal seperti ini, ia tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya ini, ia selalu profesional dan ikhlas dalam bekerja. “sekalipun saya cuman tukang ojek, profesional itu ya harus.” Ucap nya sambil tersenyum.
Setiap sesuatu yang dioperasi kan oleh manusia tentunya selalu ada kekurangannya, sama halnya seperti aplikasi grab ini yang memang dibuat dan dioperasikan oleh manusia. “tolong dipermudah untuk titik penjemputan dan penghantaran agar tidak melenceng jauh, dan kalo bisa penumpang fiktif diblacklist saja, mestinya itu bisa diperbaiki dengan teknologi zaman sekarang ini.” Ujar bapak satu anak itu.
banyaknya keluhan yang diberikan oleh para penumpang maupun driver itu sendiri, tentunya untuk kelangsungan grab itu sendiri agar tidak tergerus zaman, dan angkutan umum lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H