Mohon tunggu...
Yudistira
Yudistira Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan swasta, blogger, traveller, anak muda

Karyawan swasta, traveller, anak muda

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kemenangan Oposisi Malaysia Sejatinya Reformasi yang Tertunda

15 Mei 2018   08:00 Diperbarui: 15 Mei 2018   08:10 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agenda Reformasi yang dipelopori Anwar Ibrahim adalah antitesa dari Pemerintah Mahathir yang berkuasa ketika itu. Kalau dipandang dari kacamata sejarah dan politik Indonesia. Ini sama halnya membutuhkan Figur/Tokoh dari Orba untuk meruntuhkan Orba? sesuatu yang aneh dan tidak lazim.

Namun setelah ditelaah tidak juga demikian, sedikit banyak agenda reformasi tahun 1998 di Indonesia juga dapat berjalan maksimal karena peranan Presiden ke-3 Indonesia, Bapak BJ Habibie yang membuka peluang berjalannya pemilu demokratis tahun 1999. Peralihan kekuasaan secara reformis dan terbuka berhasil dijalankan dengan baik oleh Beliau. 

Padahal sejatinya beliau adalah bagian dari Orba yang merupakan Wapres Bapak Presiden ke-2 H.M.Soeharto, dimana beliau pun mendapatkan peralihan kekuasaan dari Presiden sebelumnya secara damai. 

Kemudian beliau pun dengan rendah hati dan kerelaannya menyerahkan kelanjutan kekuasaan secara demokratis dan damai dengan Presiden hasil Pemilu 1999 yaitu Kyai Haji Abdurrahman Wahid. Padahal beliau bisa saja memilih untuk mencalonkan diri kembali dan mengkonsolidasikan kekuatan politik untuk meneruskan Orba berjaya kembali, namun kita tahu, itu sama sekali tidak dilakukannnya.

Maka tampilnya kembali Mahathir Mohamad sebagai bagian dari Orba versi malaysia (BN) untuk membantu proses reformasi dan proses peralihan kekuasaan ke oposisi adalah mirip-mirip sebelas dua belas dengan Indonesia. bahkan kalau mau jujur, Anwar Ibrahim sebagai Figur utama/sentral Oposisi Malaysia pun bagian dari Pemerintahan Barisan Nasional sebelumnya.

Pada Akhirnya agenda reformasi tidak bisa dijalankan hanya dengan gerakan generasi muda dan tokoh-tokoh baru. Agenda reformasi ternyata memang harus dijalankan oleh bantuan generasi muda dan juga dukungan dari generasi tua alias tokoh-tokoh sebelumnya yang berbalik dari rezim lama dan menerima amanat rakyat untuk pembaharuan, mengamininya dan membantu generasi muda untuk mempersiapkan peralihan kekuasaan yang demokratis.

Maka marilah kita menghormati generasi tua seperti contoh Presiden ke-3 Indonesia, Pak Bacharuddin Jusuf Habibie dan Mahathir Mohamad, Perdana Menteri ke-7 Malaysia. Mereka adalah contoh figur tua yang menyokong figur-figur muda untuk menerima amanat reformasi dan membantu proses peralihan tersebut.

Indonesia dan Malaysia jaya selalu.

Sumber : 

1 2  3  4  5   6 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun