(Pupuk dan Pemupukan Tanaman, Bagian 4): Kapur Pertanian
Seperti sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa secara umum unsur-unsur hara esensial di dalam tanah akan berada pada kondisi tersedia yang mudah diserap oleh tanaman pada tingkat kemasaman dengan kisaran pH antara 5,0 sampai 7,0. Tingkat kemasaman tanah yang optimal untuk tanaman sayuran berada pada kisaran pH antara 5,5 sampai 6,5.
Tetapi kenyataannya sebagian besar tanah pertanian di Indonesia berada pada tingkat kemasaman di bawah pH 5,5, bahkan beberapa diantaranya masuk dalam kategori masam dan sangat masam. Oleh karena itu untuk meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara esensial bagi tanaman sayuran sering dianjurkan untuk meningkatkan pH tanahnya dengan cara pengapuran dengan menggunakan kapur pertanian pada saat persiapan lahan.
Kapur pertanian merupakan hasil penggilingan bahan baku dari batu kapur hingga menjadi bahan halus. Sumber batu kapur di Indonesia tersedia melimpah, terdapat hampir di setiap propinsi.
Anjuran pengapuran tanah di Indonesia dimulai pada tahun 80-an, bersamaan dengan perkembangan pertanian yang begitu cepat yang terkenal dengan istilah “revolusi hijau”. Dengan pertimbangan ketersediaan sumber bahan bakunya yang melimpah, kapur pertanian yang hingga kini digunakan adalah Kalsit [CaCO3] dan Dolomit [CaMg(CO3)2]. Untuk diketahui saja bahwa kalsit yang beredar di pasaran tidak murni sebagai kalsium karbonat (CaCO3), tetapi mengandung juga magnesium karbonat (MgCO3) tetapi dengan persentase yang lebih kecil daripada kalsium karbonat. Sedangkan dolomit mengandung magnesium karbonat dengan persentase lebih tinggi daripada kalsium karbonat.
Manfaat kapur pertanian di dalam tanah menyangkut dua hal, yaitu meningkatkan pH tanah dan sebagai sumber unsur kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Seperti sudah diketahui bahwa jika jumlah ion hidrogen di dalam larutan tanah semakin besar maka tingkat kemasaman tanahnya akan semakin naik atau dengan kata lain pH tanahnya akan semakin turun.
Peran kapur pertanian dalam proses menaikkan pH tanah, serta sebagai sumber unsur kalsium dan magnesium yang tersedia, secara sederhana bisa dijelaskan sebagai berikut.
a) Ion hidrogen di dalam larutan air tanah akan bereaksi dengan ion karbonat (CO3 yang dikandung kalsit dan dolomit) menjadi air (H2O) dan gas kabondioksida (CO2).
b) Posisi ion hidrogen di dalam larutan air tanah akan digantikan oleh ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), sehingga kedua unsur hara esensial tersebut berada dalam bentuk tersedia yang mudah diserap oleh tanaman.
Satu hal yang harus dipahami tentang kapur pertanian yang beredar di pasaran adalah “jaminan kimia” bahan kapurnya. Biasanya hanya disebutkan kadar kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) yang terkandung di dalamnya. Hal ini akan menjadi penting jika dihubungkan dengan penanaman sayuran pada musim tertentu. Misal, penanaman sayuran pada musim hujan sangat dimungkinkan akan memperoleh penyinaran matahari yang rendah. Dampaknya proses fotosintesa berjalan dengan lambat. Untuk meningkatkan proses fotosintesa pada musim hujan bisa diupayakan dengan meningkatkan jumlah butir klorofil di dalam daun. Oleh karena itu pemakaian kapur pertanian yang kandungan magnesiumnya tinggi merupakan solusi yang paling tepat. Karena unsur magnesium (Mg) merupakan komponen penting dalam pembentukan butir klorofil.
Hal lain yang harus diperhatikan tentang kapur pertanian yang beredar di pasaran adalah “jaminan kehalusan” bahan kapurnya. Jaminan kehalusan bahan kapur biasanya dinyatakan dalam satuan “mesh”. Satuan ini didasarkan pada ukuran saringan yang digunakan. Misalnya ukuran 10 mesh artinya bahan gilingan yang lolos pada saringan yang memiliki lubang sebanyak 10x10 dalam 1 inch persegi.
Semakin tinggi ukuran mesh maka semakin halus bahan kapurnya. Semakin halus bahan kapur maka akan semakin cepat bereaksi di dalam tanah. Dalam kaitan ini rekomendasi jaminan kehalusan bahan kapur yang dianjurkan untuk tanaman sayuran adalah diatas 60 mesh, dengan pertimbangan umur tanaman yang relatif pendek.
Pengaplikasian kapur pertanian yang paling efektif adalah disebarkan secara merata ke seluruh lahan sebelum pengolahan tanah. Dengan maksud agar kapur akan bereaksi di lapisan olah hingga kedalaman 20 cm, yakni di seluruh zona perakaran tanaman. Persyaratan lainnya agar bahan kapur bisa segera bereaksi di dalam tanah adalah tanah harus dalam kondisi lembab. Jika kondisi tanahnya kering dan berharap ingin segera dilakukan penanaman, maka dianjurkan untuk melakukan penyiraman air ke seluruh permukaan tanah setelah selesai pengolahan tanah.
Ir. Wahyudi (Cianjur, Jawa Barat). Praktisi pertanian, konsultan pertanian, trainer pertanian dan penulis buku pertanian. wahyudi.richwan@gmail.com
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H