Yang dimaksud pupuk daun dalam hal ini adalah jenis pupuk yang mengandung semua unsur hara tanaman yang pengaplikasiannya dengan cara disemprotkan pada permukaan daun. Pada hakekatnya unsur-unsur hara yang terkandung di dalam pupuk daun adalah merupakan bentuk garam murni dalam ikatan lemah yang mudah terurai menjadi unsur hara tersedia yang bisa langsung diserap oleh akar tanaman. Sedangkan zat pengatur tumbuh dalam konteks ini merupakan komposisi beberapa hormon tumbuh tanaman sintetis yang pengaplikasiannya disemprotkan pada tunas pucuk tanaman, dengan harapan mampu meningkatkan pertumbuhan tunas pucuk yang terhambat.
Sepintas pupuk daun dan zat pengatur tumbuh mampu berperan sebagai solusi instan (cepat) terhadap terhambatnya pertumbuhan tanaman. Padahal terhambatnya pertumbuhan tanaman tersebut sebenarnya disebabkan oleh terganggunya kondisi fisik, kimia dan biologi tanah akibat dari penerapan konsep pertanian konvensional yang tidak seimbang.
Tanpa mengurangi rasa hormat sedikitpun kepada penemu dan produsen pupuk daun, kebetulan penulis adalah salah satu pihak yang tidak setuju pemupukan melalui permukaan daun. Memang daun ada kemampuan untuk menyerap nitrogen dalam bentuk urea, tapi persentasenya sangat kecil sekali terhadap kebutuhan nitrogen total tanaman. Apalagi unsur-unsur lain. Semua bagian tanaman sudah memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan fitrahnya. Bagian tanaman yang berfungsi untuk menyerap zat makanan tiada lain adalah “akar”. Logikanya, berapapun pupuk daun yang disemprotkan pada permukaan daun, boleh dipastikan yang terserap oleh permukaan daun sangat kecil sekali persentasenya. Jika menginginkan tanaman tampak segar, sebenarnya cukup disemprot dengan pupuk urea dosis 0,8-1,0 gram per liter air pada permukaan daunnya.
Tetapi faktanya hingga saat ini justru bermunculan pupuk daun dengan berbagai merek dagang dan banyak petani yang menggunakannya. Beberapa contoh pupuk daun yang beredar di pasaran antara lain Gandasil, Supergrow, Grow More, dan sebagainya.
Namun demikian penulis setuju dengan kehadiran pupuk daun, jika dan hanya jika aplikasinya disiramkan atau disemprotkan pada tanah di zona perakaran, agar bisa langsung diserap oleh akar tanaman (tanpa melalui proses biokimia di dalam tanah). Dan hal ini akan membantu sekali jika terjadi kasus di tengah pertumbuhan tanaman dijumpai gejala kekurangan unsur makanan, sementara ingin dipupuk susulan yang mengharapkan segera bisa diserap oleh tanaman.
Tentang zat pengatur tumbuh, sebenarnya setiap tanaman sudah memiliki hormon tumbuh pada titik-titik tumbuhnya di pucuk tunas dan ujung akar rambut (contohnya giberelin, sitokinin, IAA atau indole acetic acid, dan sebagainya). Tetapi tetap saja ketersediaan unsur hara esesial di dalam tanah sangat menentukan tinggi rendahnya kandungan hormon tumbuh tersebut di dalam tanaman. Oleh sebab itu tindakan yang paling tepat untuk mengatasi terhambatnya pertumbuhan tanaman karena kekurangan hormon tumbuh adalah mengupayakan perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanahnya sejak awal.
Namun untuk tanaman sayuran buah yang sifat pembuahannya bertahap (seperti cabai, paprika, tomat, terong, mentimun dan sebagainya), terkadang mengalami kerusakan titik tumbuh di pucuk tunas produktifnya akibat serangan hama thrips, aphids dan ulat. Khusus pada kasus seperti ini penyemprotan zat pengatur tumbuh pada pucuk tunas disinyalir ada pengaruh positifnya, dengan syarat ketersediaan unsur hara di dalam tanah mencukupi. Tetapi setelah pertumbuhan kembali normal, sangat dianjurkan untuk menghentikan pemakaiannya. Beberapa contoh zat pengatur tumbuh untuk pucuk tunas yang beredar di pasaran antara lain Dekamon 22,43 L, Hobsanol 5 EC, Cultar 250 EC, Goldstar 250 EC, Bigest 40 EC, Atonik 6,5 L, dan lain-lain.
Ir. Wahyudi (Cianjur, Jawa Barat). Praktisi pertanian, konsultan pertanian, trainer pertanian dan penulis buku pertanian. wahyudi.richwan@gmail.com
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H