Mohon tunggu...
Josie Indry
Josie Indry Mohon Tunggu... -

seorang ibu,dokter, praktisi manajemen perumahsakitan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Haruskah Kita Iba Pada Angie (LINA SONDAKH ) ..?

13 Oktober 2012   01:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:53 1578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari-hari ini kita melihat drama hidup seorang Angie (linaSondakh ) yang mengharu biru di layar kaca. Ah, malang benar nasib Angie. Sudah jatuh tertimpa tangga. Kemalangan datang begitu beruntun. Mula-mula tak terduga suami mendadak berpulang. Lalu dicerca dan ditinggalkan teman karena tuduhan korupsi. Kini mendekam di bui , meninggalkan tiga belahan hati. Teganya para penegak hukum memaksa seorang Ibu meninggalkan anak-anaknya. Tak kurang KPAI merekomendasikan sebaiknyaKeanu dirawat oleh Ibunya sendiri. ( Kalau bukan Angie apakah KPAI akan membuat rekomendasi yang sama ? Entahlah..). Di layar kaca Angie terbata-bata meminta maaf kepada anak dan orang tuanya karena sudah menyusahkan mereka. Aduh…sengsara niankau ,Angie…hiks..hiks..hiks..! Tapi , tunggu punya tunggu tak meluncur sepotong pun statemen permintaan maaf kepada kita rakyatIndonesia. Oh..!( Ya, iyalah..bagaimana Angie mau minta maaf kalau dia tidak pernah merasa bersalah. Angie merasa jadi korban! )

Wow..Benarkah Angie tidak bersalah ? Kalau merujuk ‘ urusan punya tidak punya BB ‘ tempo hari , yang ketika dikonfrontir dengan foto-foto Angie yang jelas-jelas menunjukkan BB di depan hidung Angie, Angie toh masih keukeuh kumeukeuh bilangtidak punya BB saat itu , membuat hati ini kok ya sulit mempercayai omongan Angie. Secara perilaku pengguna BB itu idem dito di mana-mana : BB sudah kaya soulamte , gitu loch..dengan si empunya. Makan, tidur bahkan ke toilet dibawa dech tu BB.Tapi ya sudahlah , biar pengadilan yang membuktikan.

Tahun 1993 bulan , tanggal dan harinya lupa , pokoknya tengah malam saat itu saya sebagai Co Ass FK UNDIP sedang stase di IGD RS Dr. Kariadi Semarang , menerima mobil patroli polisi yang menggelandang 2 ( dua ) orang laki-laki dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Setengah telanjang, penuh tato dan ada luka tembak. Seorang di tungkai kaki seorang lagi di paha dan perutkanan atas. Darah berceceran. Saat itu dilakukan prosedur standarpenilaian kegawatan, membersihkan luka, x- ray foto. Selesai di x-ray , saya pikir akan dilakukan prosedur persiapan untuk pembedahan cito ( mengingat kondisinya ). Ternyatapara Intel itu bergegas membawa mereka berdua pergi lagi ( ke RSPolri? Entahlah…)Lho..?

“ Wah, kasihan mas.. kan harus dioperasi tuh..,”saya nyeletuk. Intel yang ada di dekat saya - yang rambutnya acak-acak-an, jaketnya sudah kumal dan sorot mata sudah lelah-dengan santai menjawab : “ Lhaaa, sampeyan ngga tahukan waktu dia nusuk orang ? Seharusnya sampeyan kasihan sama yang ditusuk..”

Saya cuma bisa bengong saat itu . Sumpritt..! Saya tidak bisa melupakan percakapan malam itu hingga hari ini. Bukan karena Intelnya yang meskipun kumal tapi keren ( ehmm..!) Bukan itu. Tapi kalimat itu menyadarkan saya tentang memiliki pandangan yangseimbang ketika melihat sesuatu sehingga kita tidak terkecoh dan mudah dimanipulasi.

Angie sebagai seorang tersangka tentu tetap harus mendapat hak-haknya sebagai tersangka seperti yang diamanatkan undang-undang. Tetapi sebagai tersangka Angie juga memiliki kewajiban memikultanggungjawab buah perbuatannya. Bukankah ciri-ciri maturity seseorang adalah ketika dia melakukan sesuatu dengan sadar dan sanggup bertanggungjawab dengan risikonya ? Tidak merengek-rengek hingga membuat orang lainmerasa bersalah.

Korupsi telah menyebabkan rakyat Indonesia teraniaya. Jadi bila kita jatuh kasihan pada Angie karena dipisahkan dari anak-anaknya seharusnya kita ingat akan wajah-wajah anak-anak yang harus terpisah dari Ibu Bapaknya karena Ibu Bapak harus mengais rejeki di negeri orang, wajah-wajah anak-anak yang harus menjadi pemulung atau pengamen, wajah-wajah anak-anak yangterpaksa kehilangan masa kecilnya. Wajah-wajah yangseharusnya ceria bila banyak kesempatan tersedia di negeri ini bagi orang tua mereka berkarya, bila banyak sekolah gratis tersedia , bila banyak taman bermain di kota-kota. Kesempatan yangseharusnya disediakan oleh para pemimpin semacam Angie. Pemimpin yang terlanjur menerima amanah dari rakyat. Pemimpin yang sudah terlanjur digaji oleh rakyat. Hallooow, kita yang menggaji mereka , lho…..Jadi tas Valentinoyang suka dijinjing Angie dibeli pakai uang kita, hiks..hiks..!

So, hati- hati dech dengan episode berikutnya : OperaSabun : “ Balada AngelinaSondakh “ dalam episode “ Tersisih dan Merintih “ sehingga kita nehhh para penonton merasa bersalah bo’ melihat si cantik yang dicitrakan ( seolah-olah ) teraniaya…hiks..! Benar katabapak Sunardi Rinakit dalam bincang -bincang di Metro TV : Bangsa kita ini bangsa yang melodramatik , mudah jatuh iba, mudah lupa sekaligus mudah bosan. Lihat saja tayangan infotainment, lebaaaay bangettt…!

Salam valentino, eh salah Salam jangan terkecoh...Happy week end !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun