Senin, 20 Agustus 2019
Sudah lewat tengah malam, dan saya lihat koper jinjing semuanya sudah dikumpulkan didepan salah satu kamar jamaah untuk kemudian nanti diturunkan ke lobi hotel.Â
Saya mandi jam 2 pagi dan kemudian bersiap diri dengan berpakaian lengkap untuk kepulangan (pakai batik lagi sesuai anjuran petugas). Ini saya lakukan karena nanti tidak ada lagi pakaian-pakaian yang harus dimasukkan kedalam koper jinjing karena jam 3 pagi semua koper jinjing sudah harus berada di lobi. Setelah mandi, yang saya lakukan hanya menunggu waktu sholat tahajjud dan sholat subuh (di hotel).
Pagi hari, kami mencari sarapan. Dan ini merupakan sarapan terakhir kami di Tanah Suci ini, Masya Allah. Singkat cerita, setelah sarapan, kami bersiap untuk diberangkatkan dengan bus menuju Jeddah. Dan tepat jam 7.50 WAS, bus berangkat mengangkut kami semua menuju Bandara King Abdul Aziz di Jeddah.Â
Bus melintasi sisi lain kota Mekkah yang ternyata cukup lengang dan sedikit lebih bersih serta hijau. Berbeda dengan kondisi di Misfalah. Dan ketika waktu menunjukkan pukul 08.05, bus berhenti di sebuah tempat pemeriksaan sambil mencatat semua kelengkapannya. Sedangkan jamaah yang menunggu didalam bus mendapat makanan ringan serta sebuah botol minuman kecil berisi air zam-zam. Alhamdulillah..
Tidak lama kami disini, selanjutnya bus kembali melanjutkan perjalanan menuju bandara. Alhamdulillah, kami bisa tiba di Bandara King Abdul Aziz di Jeddah tepat pada pukul 9.15 WAS. Akan tetapi kami tidak bisa langsung keluar bus. Entah ada apa diluar sana? yang pasti saat itu kami menunggu selama 30 menit, sehingga baru bisa keluar dari bus pada jam 09.45. Dan ternyata kenapa kami ditahan didalam bus karena ada persiapan untuk penyambutan kami lho. Masya Allah..
Kloter kami ternyata ditempatkan disebuah tenda besar yang sejuk dengan banyak sofa didalamnya. Beruntungnya kami karena kloter kami yaitu JKS 11 termasuk salah satu dari 12 kloter yang mendapat fasilitas seperti ini. Dan ini baru pertama kalinya lho dibuat oleh pemerintah Arab Saudi dalam menjamu tamu Allah yang akan pulang ke tanah air, terlebih khusus lagi tamu Allah dari negara Indonesia, Subhanallah walhamdulillah...
Layanan ini hanya diadakan di Jeddah saja. Sementara yang pulang melalui bandara Madinah, tidak mendapatkan pelayanan ini, karena sekali lagi ini sifatnya trial. Layanan khusus yang diberi nama EYAB ini (dalam bahasa Arab berarti "kepulangan") rencananya akan menjadi layanan rutin yang akan diberikan kepada jamaah haji di tahun-tahun yang akan datang. Masya Allah.. betapa kita semua, para tamu Allah betul-betul mendapat pelayanan yang sangat baik oleh pemerintah Arab Saudi.
Selain kemudahan dan kenyamanan, kami juga mendapat snack, makan siang, minuman serta satu buah Al Quran besar yang dibagikan secara gratis sebagi souvenir dari pemerintah Arab Saudi. Belum lagi kurma Sukari yang bebas kita ambil semau kita. Alhamdulillah... betapa kebaikan dari Allah tidak pernah putus-putusnya menghampiri kami. Eh iya.. ssstt.. makan siangnya jauh lebih enak dari makan siang yang biasa kami dapatkan di hotel lho, hahaha....
Perlu saya gambarkan juga bahwa di dalam tenda besar ini tersedia 19 toilet pria dan wanita, musholla, booth souvenir (menjual coklat, sajadah, kacamata, kopi dan lain-lain) dan juga sebagai pusat informasi bagi jamaah.
Bahkan didalam tenda, kami sempat mendapat lagu "selamat datang" dari para "penyanyi" pria yang berkeliling dari satu sofa ke sofa lain untuk menyambut kami dengan cara mereka. Seru deh.. Dan yang lebih menyenangkan lagi, sebagian jamaah dari rombongan kami diminta untuk ikut menjadi "pemeran pembantu" dalam pembuatan sebuah film dokumentasi. Tuh.. lagi-lagi rombongan kami yang dipilih, Masya Allah..
Tibalah saat pemberangkatan. Namun sebelumnya beberapa orang petugas Indonesia meminta kepada para jamaah untuk tidak membawa barang yang mudah terdeteksi oleh metal detector, misalnya payung, gunting dan lain-lain.Â
Sebagian dari jamaah mengikuti instruksi tersebut. Akibatnya mereka kembali membongkar koper jinjing, membuang yang disarankan oleh petugas tadi, dan merapihkannya kembali. Namun tidak dengan saya. Saya hanya mengeluarkan gunting saja. Sementara payung dan lain-lainnya saya biarkan saja. Toh pada akhirnya barang-barang itu akan lolos juga, hehehe...
Catatan dan tips: bukan maksud ingin mengajarkan jamaah untuk tidak patuh pada petugas ya, tapi pada kenyataannya, barang-barang yang diminta dikeluarkan itu bisa lolos koq di tempat pemeriksaan. Saya membawa dua payung dan semuanya aman saja.
Satu persatu kami masuk melalui beberapa pintu pemeriksaan. Semua tempat yang kami masuki sangat nyaman dengan hiasan dan ornamen yang sepertinya dibuat khusus untuk membuat jamaah jauh dari kata jenuh.Â
Walaupun petugas lokal disana yang memeriksa semua dokumen kami kurang senyum (memang pembawaan mereka begitu lho, bukannya karena kurang sopan), namun itu tidak mengurangi rasa suka cita kami dalam menjalani segala macam proses pemeriksaan dan keimigrasian. Sampai pada akhirnya nanti kami memasuki pesawat Saudi Airlines yang akan menerbangkan kami menembus angkasa sampai ke Tanah Air.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H