Mohon tunggu...
Yudi Irawan
Yudi Irawan Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan Seorang Penulis

Seseorang yang baru saja belajar menulis di usia senja :-)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Catatan 42 Hari Seorang Haji Mandiri (Mekkah Al Mukarromah Hari 22)

8 Januari 2020   09:04 Diperbarui: 8 Januari 2020   09:18 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di depan Mesjid Jin (dok. pribadi)

Rabu, 31 Juli 2019.

Selepas Sholat Subuh, saya kembali ke hotel dan melakukan ritual sarapan pagi di sana bersama istri tercinta. Pagi ini kami berencana untuk mengunjungi beberapa tempat yang ada disekitar Masjidil Haram.

Istri masih dalam keadaan berhalangan sehingga tidak bisa melakukan ibadah. Dan kondisi ini dimanfaatkan untuk mencoba menyusuri serta menikmati berbagai tempat yang selama ini belum pernah kita datangi sama sekali.

Tidak perlu berlama-lama. Setelah sarapan pagi kami habiskan dengan lahap, kami langsung menyiapkan diri untuk kembali lagi ke Masjidil Haram. Air minum, kaca mata hitam, topi, tas ransel, serta buah sudah kami kemas untuk bekal nanti.

Maklum, cuaca di Tanah Suci masih dalam kondisi panas, walau itu di pagi hari (pagi hari saja bisa 36-38 derajat lho). Dan setelah semuanya siap, kami segera menuju lobi hotel untuk kemudian menunggu bis hijau nomor 11 yang akan membawa kami ke Terminal Ajyad.

Tujuan pertama kami adalah sebuah perpustakaan yang diyakini merupakan rumah kelahiran Rasulullah SAW. Selain menjadi perpustakaan, bangunan ini juga menjadi pusat informasi dari pemerintah kota Mekkah ke para jamaah haji dan umrah.

Saya dan istri yang sempat berada di sana mendapatkan satu paket CD berisi segala informasi Kota Mekkah serta dibantu men-download sebuah aplikasi yang juga berisi berbagai hal yang ada di Kota Mekkah.

Oh ya, sedikit gambaran, lokasi bangunan ini berada di dekat pintu Safa & Marwah. Jadi kalau jamaah berjalan dari depan Zam-Zam Tower dan berhadapan langsung dengan Masjidil Haram, ambil jalan ke arah kanan. Jamaah nanti akan menemukan semacam lorong yang sebelah kirinya adalah Masjidil Haram, dan sebelah kanannya adalah bangunan lain (kalau tidak salah hotel).

Terus saja berjalan sampai lorong itu habis dan kita jumpai halaman belakang Masjidil Haram yang luas. Terus saja berjalan dan sekali lagi ambil jalan ke arah kanan. Nanti nampak dari kejauhan ada semacam bangunan berwarna coklat muda yang letaknya sedikit lebih tinggi dari jalanan yang ada di depannya. Itulah perpustakaan yang saya maksud tadi.

Setelah cukup puas menikmati bangunan dan berswafoto, kami lanjutkan jalan-jalan kami yaitu menuju Masjid Jin. Mesjid ini letaknya berada di belakang Masjidil Haram. Jaraknya bisa sekitar satu kilometeran. Kalau dari perpustakaan yang saya ceritakan di atas, Mesjid Jin ini letaknya ke arah kanan juga.

Nantinya kita akan melewati banyak toko yang berjejer sepanjang jalan. Nah Mesjid Jin ini mudah ditemui dari lokasinya yang berada di sudut jalan serta bangunannya yang memiliki menarayang cukup tinggi. Mesjidnya juga berwarna coklat muda, hampir sama dengan warna cat perpustakaan.

Setelah berfoto-foto, kami niatkan untuk mencoba masuk ke dalamnya. Namun sayang, seorang petugas yang berjaga tidak memperbolehkan kami masuk karena katanya mesjid ini tidak dipergunakan untuk sholat. "Masak iya?" dalam hati saya.

Tapi sebagai seorang tamu yang manis, kami turuti saja apa kata sang petugas. Belakangan baru saya tahu kalau yang dia maksud adalah hanya bisa dipakai ketika waktu sholat tiba. selain itu tidak diperbolehkan. Ooo... begitu... 

Lanjut lagi menyusuri jalan lebih ke arah belakang. Tidak sampai 500 meter, kami mendapati pagar besi yang berjejer rapi yang ternyata merupakan pembatas dari Makam Ma'la. MasyaAllah..

Tidak kami sangka, sampai juga kami ke Makam Ma'la yang sangat masyhur karena terdapat makam istri tercinta Rasulullah SAW yakni Siti Khadijah. Sayangnya makam ini tidak boleh dimasuki oleh wanita, hanya boleh untuk Pria.

Tapi karena saya tipe suami setia (ehhmmm...) maka saya putuskan untuk tidak masuk ke dalam dan terus menemani istri saya melihat-lihat dari luar.

Satu hal yang sangat menarik dari Makam Ma'la ini, terdapat sebuah tempat istirahat kecil di luarnya yang dilengkapi oleh beberapa kursi taman. Di sekitar itu terdapat banyak burung merpati.

Beberapa orang tampak asyik memberi makan burung-burung tersebut. Beberapa penjual pakaian juga nampak berada di sana. Jadi di sekitar makam justru ramai dengan beragam aktivitas.

Taman di depan Makam Ma'la (dok. pribadi)
Taman di depan Makam Ma'la (dok. pribadi)

Setelah cukup beristirahat (karena memang cukup melelahkan juga berjalan kaki dari Terminal Ajyad sampai Makam Ma'la di tengah cuaca yang panas), kami lanjutkan lagi tujuan terakhir kami yaitu PasarJa'faryiah.

Konon katanya pasar ini dulu bernama Pasar Seng. Namun karena lokasinya dipindah, maka namanya pun berubah menjadi Pasar Ja'fariyah .Pasar ini kalau saya ibaratkan adalah Tanah Abangnya Mekkah. Jadi banyak barang murah dijual di sini. Gak usah saya sebutkan ya, pokoknya buanyaakkk...

Kami sendiri (eh berdua ding..) datang memang tidak punya niatan untuk berbelanja, hanya coba melihat-lihat saja. Memang sih pada akhirnya kami membeli beberapa suvenir yaitu magnet kulkas dan gantungan kunci untuk nanti dijadikan oleh-oleh ke para teman dan kerabat.

Harganya? Japri aja ya, nanti ketahuan sama teman-teman dan kerabat saya, hahahahhaa....

Catatan dan tips: jangan ragu bertransaksi dengan bahasa Indonesia karena penjual di sana fasih juga bahasa Indonesia. Dan berani menawar dengan harga rendah, mereka gak akan marah.

Tapi yang membuat kami takjub adalah, mayoritas pembeli di sana adalah orang Indonesia! Masya Allah... Jika melihat mereka belanja, cuma satu kata: WOW! Itu belanjaan sampai diseret karena begitu banyaknya. Hebat kan bangsa kita.

Alhamdulillah dalam hati saya melihat mereka berbelanja. Artinya Allah memberikan kecukupan rezeki untuk membeli itu semua.

Catatan dan tips: kalau memang niat berbelanja oleh-oleh atau keperluan pribadi, ini tempat yang paling cocok dengan harga jauh lebih murah dibanding Madinah. Ini yang saya maksud pada cerita-cerita di awal agar lebih baik membeli kebutuhan saat di Mekah.

Di sini juga kami tidak berlama-lama. Tidak sampai satu jam kami putuskan untuk kembali karena memang kami (terutama istri saya) sudah merasakan lelah. Apalagi kembali ke Terminal Ajyad harus berjalan kaki lagi dengan melewati rute yang sama.

Bisa saja sih kita naik taksi, tapi sayang juga uangnya, mending buat beli oleh-oleh, hahaha...

Singkat saja ya, setibanya kami di hotel, kami langsung putuskan istirahat. Terlebih khusus istri saya yang memang tampak kepayahan di kala haid melanda. Dan saya akhirnya menghabiskan hari itu dengan berada di hotel saja, termasuk ibadah wajib dan sunnah.

Catatan dan tips: Jika memang jarak dari hotel ke tempat-tempat yang saya sebutkan di atas jauh, lebih baik pergi berombongan dan menggunakan taksi agar biayanya menjadi murah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun