Ketika selesai sholat subuh dan kemudian menunggu waktu sholat syuruq, saya mendapat teguran dari salah satu jamaah disana. Jamaah yang yang sudah terlihat sepuh dengan jenggot panjang berwarna putih itu menasehati saya agar selama berada di masjid dan selama menunggu waktu datangnya sholat, lebih baik melakukan dzikir, sholawat ataupun mengaji.Â
Ini disebabkan karena beliau melihat saya melihat-lihat handphone walaupun sebenarnya yang saya lakukan itu adalah membaca hal-hal yang berkaitan dengan ilmu agama.Â
Tapi tetap saya sampaikan terima kasih dan juga mengucap syukur karena saya yakin teguran ini datangnya juga dari Allah. Alhamdulillah...
Kembali lagi saya berduaan dengan istri melihat-lihat apa yang ada disekitar Mesjid Nabawi. Kali ini kami mengunjungi Mesjid Abu Bakar dan Mesjid Umar Bin Khattab. Dua masjid ini berada saling berdekatan dan letaknya di sisi kanan Mesjid Nabawi. Kalau tidak salah disekitar pintu 6 atau 7.
Harganya SAR 5. Silahkan membeli untuk mencoba memberi makan merpati-merpati itu sambil berfoto ria.
Dan karena masih pagi, belum begitu banyak yang buka. Lain halnya dengan toko-toko yang juga berada tidak jauh dari Mesjid Abu Bakar dan Mesjid Umar Bin Khattab. Hampir semua sudah buka dan antusias menarik calon pelanggan untuk mampir ke tokonya.
Oh ya, karena hari ini adalah hari Kamis, maka di dalam Mesjid banyak disediakan makanan dan minuman untuk jamaah yang berbuka puasa. Nanti pihak masjid ataupun para dermawan membentangkan plastik panjang. Jamaah duduk saling berhadapan di depan plastik tersebut.Â
Di atas plastik itu nantinya akan diletakkan beragam takjil buka puasa, seperti: roti, kurma, yoghurt, teh, kopi. Sedangkan air zam-zam, kita bisa ambil sendiri. Tapi terkadang, ada jamaah yang keliling membawakan air zam-zam dan gelas kosongnya untuk ditawarkan kepada jamaah yang membutuhkan. Jadi jamaah tidak perlu beranjak dari tempatnya duduk.Â
Tapi... ada tapinya nih.. jangan kaget dan jangan tersinggung ya. Banyak dari mereka menawarkan air zam-zam itu dengan cara membenturkan gelas kosong ke kepala kita, hahaha....Â
Saya awalnya sempat kaget juga. dan refleks mencari siapa yang kurang ajar melakukan tindakan itu kepada saya? Tapi ketika saya lihat orang tersebut bermaksudn baik untuk menawarkan air zam-zam, saya jadi tertawa sendiri, hahaha.. Jadi sekali lagi, untuk hal-hal seperti ini harus sudah siap lho ya 😊
Catatan dan tips:
a. Jika anda punya banyak sendal hotel yang tipis, bawa saja, karena ini nanti akan berguna untuk membantu orang-orang yang kehilangan sandal saat di Mesjid Nabawi (atau juga di Mesjidil Haram nanti). Ini juga sebagai ladang amal karena panas disana bisa membuat kaki kita luka, pecah dan terbakar.
b. Dan jika tidak punya sandal hotel, bisa juga niatkan beli sandal jepit untuk nantinya disiapkan untuk amal seperti diatas. Sepasang sendal jepit harnya berkisar SAR 3 sampai SAR 5.
Selepas Isya, saya, Hanung dan Shoni menyempatkan diri untuk jalan-jalan malam mencari Al-Baik. Cukup jauh juga lokasinya. Kurang lebih 1 KM dari hotel atau dari Mesjid Nabawi untuk bisa mencapai tempat makan yang berada disalah satu gedung pertokoan itu. Namun saya lupa nama gedungnya.Â
Tapi yang pasti Al Baik berada di lantai 2 dan 3. Perinciannya: lantai 2 untuk pesanan makanan yang dibawa pulang (take away) sedangkan yang dilantai 3 untuk pesanan yang akan dimakan ditempat.Â
Hanung dan Shoni membeli masing-masing satu paket seperti yang kita makan beberapa hari lalu. Harganya SAR 13. Walaupun belinya di lantai 3 (karena memang lebih sepi), tapi makanan itu tetap kita kami bawa pulang alias tidak dimakan ditempat 😊
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H