Mohon tunggu...
Yudi Irawan
Yudi Irawan Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan Seorang Penulis

Seseorang yang baru saja belajar menulis di usia senja :-)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Catatan 42 Hari Seorang Haji Mandiri (Madinah Al Munawaroh Hari 4)

7 September 2019   13:40 Diperbarui: 10 September 2019   22:40 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
di kebun kurma, dokpri

Seperti biasanya, hari ke 4 di Madinah ini kami awali dengan sholat Tahajjud yang dilanjutkan dengan sholat Subuh. Dan hari ini jadwal kami selanjutnya adalah City Tour.

Acara city tour ini merupakan salah satu fasilitas yang disediakan oleh Pemerintah, khususnya Departemen Agama Kota Depok. Tuh, apa saya bilang, hebat kan pelayanan pemerintah? :-) Kita bisa keliling tempat-tempat bersejarah di Kota Madinah tanpa harus bayar lagi. Hanya perlu patungan SAR 2 perjamaah untuk membayar supir. Memang busnya tidak terlalu bagus, tapi cukup memadai untuk membawa kami keliling tempat bersejarah di Madinah. Fasilitas seperti ini berlaku untuk semua jamaah, baik yang KBIH maupun yang mandiri, Bedanya, kalau KBIH biasanya ada tour tambahan yang dikelola oleh mereka sendiri. Bisa lebih dari satu kali perjalanan dan bisa lebih banyak tempat tujuan. Dan ada lagi, kita tetap diberikan pemandu wisata yang merupakan orang Indonesia asli yang sudah bermukim lama di Arab Saudi. Alhamdulillah...

Catatan dan tips: Hanung, sang ketua rombongan, berinisiatif untuk memperbolehkan anak, keluarga, family jamaah haji untuk ikut bergabung dalam group whatsapp agar bisa terus mengikuti perkembangan keluarga mereka selama di tanah suci. Dan ini tenyata efektif, khususnya bagi keluarga jamaah haji di tanah air.

City tour dimulai dengan berkumpul di lobi hotel pada jam 05.30 WAS. Dan tiga puluh menit kemudian, bus segera meluncur membelah jalanan kota Madinah untuk langsung menuju Mesjid Quba. Tiba di mesjid ini, kami langsung melakukan sholat dua rakaat. Dan karena keterbatasan waktu (sebelumnya sudah disepakati dengan supir bus bahwa city tour ini hanya akan berlangsung sampai jam 10 pagi), maka kami tidak bisa berlama-lama di Mesjid Quba. Segera setelah sholat, kami langsung beranjak menuju Bus. Pemandangan di Mesjid Quba ini cukup menarik lho. Banyak burung merpati yang mencari makan di pelataran Mesjid ataupun yang bertengger di atap dan kubah Mesjid. Ada juga penjual kurma dan kopi. Dan yang membuat saya dan istri surprised, ada yang menjual kopi Indonesia lho: Torabika Cappucino :-) .

Catatan dan tips: Tetap bawa kantong sandal yang karena di Mesjid Quba tetap saja banyak jamaah. Dan kalau kita lupa meletakkan sandal, alamat bakal kesulitan menemukannya lagi.

Tujuan selanjutnya adalah kebun kurma. Tempat ini adalah perpaduan dari kebun kurma dan penjual kurma hasil dari kebun itu sendiri. Begitu kita tiba, maka kita akan melewati tempat penjualan kurma terlebih dahulu. Beragam kurma dan juga coklat dijual disana. Bahkan penjualnya adalah orang Indonesia. Jadi kita tidak sulit untuk melakukan tawar menawar harga sebelum bertransaksi. Bahkan kita oleh mencicipi kurma-kurma tersebut. Halal.

Adapun kebun kurma yang kami datangi tidak terlalu luas. Bukan arealnya, melainkan akses kebun yang bisa kami lihat. Mungkin hanya sekitar 200 meter persegi saja kami bisa berada didalamnya dan melihat langsung kebun kurma itu seperti apa? Selebihnya kebun dipagari kawat sehingga kami tidak bisa melihat lebih jauh dan lebih dalam lagi. Tapi yang enaknya disana, terdapat beberapa bangku yang bisa membawa kita untuk bersantai sejenak dibawah lirikan kurma-kurma yang sedang tumbuh di pohonnya, halah... apa sih?

Catatan dan tips: Kalau menurut saya, harga di kebun kurma ini masih tergolong mahal dibandingkan dengan yang ada di Pasar Kurma. Tapi agar lebih puas karena belanja kurma yang dipetik langsung dari pohonnya, silahkan anda berbelanja disini.

Sama seperti di Mesjid Quba, di kebun kurma inipun kami tidak diam berlama-lama. Setelah puas berfoto-ria dan juga berbelanja kurma, kami langsung berangkat lagi menuju tempat berikutnya: Jabal Uhud. Tadinya kami juga akan mampir ke Mesjid Qiblatain (Mesjid dua kiblat) yang bersejarah. Tapi sayang sekali, dengan satu alasan akhirnya tempat bersejarah ini kami lewati saja.

Di Jabal Uhud, udara panas sudah sangat menyengat. Jadi jangan lupa untuk tetap bawa topi, payung dan alat pelindung diri lainnya. Di sini kita bisa melihat makam para sahabat yang gugur syahid ketika perang Uhud berlangsung. Tapi kita hanya bisa melihat dari luar ya, tidak bisa masuk ke areal makam karena dibatasi kawat dan kaca.

Di sekitarnya kita bisa melihat beberapa bukit, baik yang besar (bukit uhud) ataupun bukit-bukit kecil. Tapi yang bisa kita naiki atau daki hanya bukit yang kecil. Sedangkan dua bukit besar tidak diperkenankan sama sekali.

Puas berada disana untuk berfoto-foto, kami putuskan untuk kembali ke kendaraan. Cuaca semakin panas. Dan keberadaan penjual es krim yang ada disana jelas sangat menggoda. Dengan harga sekitar SAR 3 (ukuran kecil) dan SAR 5 (ukuran besar) cukup meluluhkan hati saya dan istri. Akhirnya satu kecil es krim berhasil kami tebus. Sekedar menghilangkan dahaga sekaligus mencicipi seperti apa rasa es krim di Arab Saudi. Tapi, justru inilah yang kemudian membuat kami terkena batuk begitu kami tiba di hotel nati. Jadi, kalau nanti tetap ingin beli es krim di sekitar Jabal Uhud, jangan lupa minum air putih yang banyak untuk menetralisir gula pemicu batuk.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Setelah dari Jabal Uhud ini, city tour kami berakhir. Tepat jam 8.30 WAS kami tiba kembali di Hotel. Memang jauh lebih cepat dari jadwal semula. Ini disebabkan karena jalana tidak macet sama sekali. Pun lokasi yang kita kunjungi lokasinya tidak saling jauh. Oh ya, sedikit cerita. Selama pengamatan saya di Madinah ini (juga nanti di Mekkah), hampir tidak pernah saya temui motor kecuali motor petugas kepolisian. Begitu juga dengan mobil polisi. Lalu mobil yang hilir mudik rata-rata tidak mulus dan tidak bersih. Sayang juga saya melihatnya. Tapi mungkin ini kebiasaan orang Arab yang menghemat air untuk tidak sering-sering membuang air untuk mencuci mobil.

Setelah sholah Dzuhur dan makan siang di hotel, saya kembali lagi ke Mesjid Nabawi jam 14:30 untuk mencoba peruntungan menjangkau Raudhah. Tiba di Mesjid, ternyata antrian ke Raudhah tidak terlalu ramai dan waktu tunggunya juga tidak lama. Kurang dari 15 menit, pembatas dibuka dan langsung menuju mimbar tanpa ada proses dihentikan lagi ditengah-tengah.

Alhamdulillah.. saya bisa berada di Raudhah tanpa harus bersusah payah dan tinggal menunggu waktu sholat Ashar. Dan untuk seterusnya, di jam inilah (14:30 WAS) saya selalu berada di antrian untuk bisa mendapatkan tempat di Raudhah. Dan selama 8 hari itu pula atas kehendak Allah, saya tidak pernah lepas dari Raudhah. Subhanallah walhamdulillah... dan sejak itulah, Hanung, Shoni dan Pak Yana menyebut saya si Pemburu Raudhah :-) 

Catatan dan tips: dari pengalaman saya selama 8 hari di Madinah, waktu yang paling tepat menjangkau Raudhah adalah jam 14:30 (sudah masuk masjid dan ikut antrian). Dan kalau bisa, targetkan setiap hari, minimal sekali sehari untuk bisa berada di Raudhah

Selepas sholat Ashar, saya janjian bertemu dengan teman kantor yang Alhamdulillah berangkat haji juga tapi beda daerah, beda kloter dan tentu saja beda rombongan. Setelah kami bertemu, teman saya ini mengajak saya mencari makan. Saya temani saja karena saya merasa masih kenyang sejak makan siang tadi di hotel. Saya ajak teman saya makan di suatu tempat yang namanya Restoran Indonesia. Tepatnya di pintu 16, sisi belakang Mesjid Nabawi.

Wah ternyata dia surprise  juga melihat restoran ini karena sebelumnya belum tahu. Semangkok bakso, sambal dan kerupuk sukses dia pesan dan kemudian dilahapnya. Saya sendiri hanya memesan minum. Setelah kenyang dan puas, kami putuskan kembali ke hotel masing-masing. Eh sebentar, koq saya bisa tahu ada Restoran Indonesia? Ya iyalah... kerjaan saya hampir setiap pagi keliling masjid untuk tahu apa saja yang ada di sekitar mesjid, hihihihihi.. . :-)

Sesampainya di hotel, giliran saya yang terkejut. Ada sepaket menu Al-Baik yang berisi 3 potong ayam goreng ukuran besar, kentang ukuran large dan semacam roti burger tapi tanpa isi. Masya Allah walhamdulillah, rezeki hari ini tidak putus-putusnya. Dan paket ayam Al-Baik ini (kalau di Indonesia seperti waralaba KFC atau McD) dipersembahkan oleh Mas Didik (salah satu ketua rombongan kami) untuk Hanung. Hanya saja karena porsinya yang besar dan banyak, akhirnya kami sekamar kebagian semua. Dan tahu gak? sampai besok pagi tuh paket ayam gak habis, hihihi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun