Mohon tunggu...
Yudi Irawan
Yudi Irawan Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan Seorang Penulis

Seseorang yang baru saja belajar menulis di usia senja :-)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Cerita KRL] Pengemis Itu Bernama Ibu Hamil

22 November 2018   16:26 Diperbarui: 22 November 2018   16:46 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jalur 2, Kereta jurusan Tanah Abang siap diberangkatkan"

Begitu pengumuman yang saya dengar saat memasuki gerbang stasiun kereta pagi ini. Sambil lirik jam, saya percepat langkah. Wah betul saja, jam 06:35 waktu jam tangan saya. Sementara kereta biasanya berangkat sesuai waktunya jam 06:41. Memang sudah hampir beberapa bulan ini saya selalu mepet waktu untuk bisa masuk ke KRL karena ada tugas tambahan di pagi hari yaitu mengantar dua bidadari kecil menuju sekolahnya, ditambah jalan yang memutar lebih jauh untuk masuk ke stasiun.

Melihat gerbong yang sedikit kosong, saya langsung masuk. Cari tempat yang dekat dengan gantungan tangan, letakkan tas diatas, pasang kacamata untuk baca-baca berita pagi dihandphone, dan menunggu kereta jalan. Betul saja, baru saja pasang kacamata, pintu KRL tertutup dan kereta mulai bergerak perlahan sambil sedikit-sedikit mengeluarkan bunyi denyitnya yang khas. Ah, waktunya buka dan baca berita pagi nih bathin saya. Mulailah saya baca berita favorit: Sepakbola :-)

Baru saja jalan, KRL berhenti lagi di stasiun berikutnya. Seperti biasanya, hampir di setiap stasiun penumpang yang masuk lebih banyak daripada yang turun. Ya maklum saja, lha wong ini baru stasiun awal koq, coba stasiun akhir, pasti lebih banyak yang turun daripada yang naik, hehehe...

Nah kebetulan kali ini, penumpang yang masuk di dahului oleh petugas keamanan KRL. Petugas yang kebetulan wanita tersebut masuk sambil meminta kursi untuk orang hamil.

"Permisi.. ada ibu hamil. Bisa dikasih tempat duduk? Permisi..." pinta sang petugas dengan suara yang keras tapi tetap dengan menjaga kesopanannya.

"Ayo di kasih tuh ada ibu hamil" timpal penumpang lainnya.

"Maaf Bu, di tempat prioritas isinya orang hamil semua. Minta aja di tengah sama yang pada duduk tuh" sahut seorang bapak yang kebetulan berdiri dekat dengan tempat duduk prioritas (tempat duduk prioritas adalah sebuah tempat yang berada dekat dengan sambungan gerbong kereta yang hanya bisa di tempati maksimal 4 orang --kecuali kalau isinya orang gemuk, pasti hanya cukup bertiga- dan di khususkan untuk ibu atau wanita hamil, orang tua, orang cacat dan penumpang yang membawa anak kecil).

"Wah lagi musim hamil ya" timpal penumpang lain berusaha becanda.

Sang petugas akhirnya mencari tempat duduk lain selain tempat duduk prioritas karena memang tempat tersebut diisi oleh wanita dan ibu hamil.

"Permisi, Pak, Bu, boleh kasih tempat duduk untuk ibu hamil?" pinta sang petugas kepada penumpang yang sudah duduk.

Terlihat seorang bapak di sudut yang sedang (pura-pura) tidur. Dalam hati saya takjub, tadi naik belum tidur, eh belum ada 10 menit sudah tidur aja, hehehe.. Akhirnya ada sorang wanita yang berdiri untuk memberikan tempatnya. Sementara penumpang lainnya, hanya coba diam dan seolah tidak mendengar permintaan sang petugas. Bahkan ada yang pria juga. Sepertinya adanya istri datau pasangan yang duduk di sebelahnya jadi alasan untuk tidak (mau) memberikan tempatnya kepada Ibu hamil. Masya Allah.. sudah segitu parahkahnya mental masyarakat kita saat ini?

Saya jadi ingat cerita dimana bapak yang saya sedang (pura-pura) tidur diatas juga pernah menolak permintaan ibu hamil dengan dalih agar si ibu mencari di tempat duduk prioritas lainnya. Si ibu hamilpun mengalah untuk tetap berdiri sambail saya melihat kesedihan di matanya karena mungkin berfikir sama dengan saya, koq ada ya orang yang tega seperti itu? Apakah karena merasa jauh lebih tua jadi alasan juga untuk tidak mau berdiri untuk ibu hamil? Syukurnya ada wanita yang bersedia ikhlas memberikan tempat duduknya kepada ibu hamil tersebut. Tapi tetap saja saya lihat itu tidak mengurangi kesedihan ibu tersebut.

KRL terus berjalan dan masuk ke stasiun berikutnya. Dan kejadian ibu hamilpun berlanjut. Kali ini dua orang Ibu hamil dicarikan tempat duduk oleh petugas keamanan pria. Hampir sama dengan petugas wanita sebelumnya, dengan sopan sang petugas berupaya meminta pengertian penumpang lainnya untuk memberikan tempatnya kepada kedua ibu hamil itu. Tapi saya tidak tahu kelanjutannya karena mereka terus berjalan sampai melewati gerbong tempat saya berdiri.

Masya Allah... bathinku lagi. Sampai harus ditemani petugas untuk meminta tempat bagi ibu hamil? Apa jadinya kalau mereka tidak ditemani petugas? Apakah mereka harus terus "mengemis" setiap harinya? Sudah begitu teganyakah para penumpang KRL saat ini? Memang tidak adil untuk mengatakan bahwa semua penumpang seperti itu. Tapi setidaknya bagi saya ini jadi potret nyata sikap dan perilaku penumpang saat ini. Sangat miris jika melihat pakaian mereka yang menunjukkan rata-rata kaum terpelajar, sementara sikapnya sama sekali bertolak belakang. 

Semoga Allah memberikan kelapangan hati khususnya bagi saya untuk tidak meniru perilaku tersebut. Lindungi aku ya Allah.. Dan semoga Allah memberikan kemuliaan bagi yang senantiasa ikhlas berbagi tempat duduknya kepada ibu hamil, orang tua, orang yang membawa anak dan orang cacat atau sakit yang kebetulan naik KRL. Semoga Allah juga memberikan kesabaran dan kemuliaan bagi para ibu dan wanita hamil itu, Aamiin.. Allaumma Aamiin..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun