"Ayo Om, dikit lagi. Pelan-pelan aja, nanti juga sampai" katanya memberikan semangat sambil menyodorkan minuman.Â
"Duluan deh Yu, temani Om Alfons dan bantuin dia foto-foto dipuncak. Saya disini aja, udah gak kuat" jawab saya pelan. Dan memang betul, ketika itu saya berfikir bahwa cukup sampai disini aja, gak perlu ke puncak. Toh sama aja, melihat bendera di Pucak sama dengan berada disana bathin saya.
"Biar tambah semangat bro.." kata Toto sambil mengunyah rotinya.
Dan betul saja, roti itu seperti memberikan tenaga ekstra buat saya. Ini yang saya makan sebetulnya roti atau powerbank sih? Hahahaha... Setelah habis roti itu saya makan, dengan mengucap bismillah, saya kumpulkan tenaga, berdiri dan memulai lagi langkah gontai menuju puncak.
Perlahan tapi pasti, sambil sesekali merayap, tepat di jam 07.00 pagi, akhirnya puncak Sindoro di ketinggian 3153 mdpl berhasil saya pijak. Saya mengucapkan syukur kepada Allah sambil tidak lupa saya cium bendera Negara dan Bangsaku itu. Alhamdulillah... Terima kasih ya Allah.
Yeayy... Pecel Sosis berhasil sampai puncak Sindoro!
Ditambah lagi masalah klasik saya yaitu lutut alias dengkul yang linu atau ngilu saat turun. Beda dengan naik, lutut saya tidak masalah. Hanya otot kaki saja yang pegal-pegal. Sedangkan turun? Masalahnya jadi double, otot kaki dan juga persendian di lutut. Alhasil saya beberapa kali jatuh karena tidak kuat menahan ngilu tersebut. Salah satunya saya sempat jatuh membentur batu. Lumayan sakit.Â
Tapi gak apa, asal cepat sampai. Beragam gaya jalan turun saya lakoni lho. Mulai dari jalan normal, lalu berpegangan pada batu-batu dengan satu tangan menyanggah badan, satu tangannya lagi memegang tracking pole, turun duduk alias pantat dijadikan penyanggah, turun dengan kedua tangan menyanggah batu (tracking pole sudah saya lempar duluan kebawah), jalan miring kanan, jalan miring kiri, jalan zig-zag, sampai jalan mundur. Semua saya lakuin untuk mengurangi beban dan rasa sakit di lutut. Alhamdulillah akhirnya sampai juga di Sunrise Camp.Â
Curam, terjal, bahkan terkadang licin jadi teman kami. Singgah sebentar di warung Bu Kuat di Pos Tiga hanya untuk menikmati tempe mendoan dan memesan teh bekal minum di jalan, seterusnya kami telusuri lagi jalan turun menuju basecamp. Selisih jarak antara Toto dan Alfons versus saya dan Roni cukup jauh.Â
Biarlah, saya gak akan memaksa untuk cepat sampai karena memang segala penderitaan sedang saya emban saat itu, hihihihi... Lho Wahyu, Naw dan Ari kemana? Oh mereka dibelakang karena memang ketika turun kami berempat duluan. Mereka bertiga mengurusi tenda dan perlengkapan lainnya. Tapi jangan ditanya dan diraguin ya. Dengan barang bawaan yang banyak dan berat, tetap saja langkah mereka pasti, kuat dan cepat.Â
Mereka akhirnya berhasil menyusul kami berempat dan sampai di Pos Satu lebih dulu dari kami. Duh tahu gitu, mending tadi minta gendong ya sama mereka, hahaha...