Salam Siapa yang tak kenal albert Einstein, ilmuwan jenius yang dianggap orang gila malah mendapat posisi enak di buku seratus tokoh paling berpengaruh karangan Michael Hart. Ia adalah seorang penemu teori relativitas atau yang lebih dikenal dengan rumus E=MC2. Disini, bos Einstein menyatakan bahwa energy adalah hasil perkalian antara massa dengan kuadrat kecepatan cahaya. Jika dibalik menjadi cahaya adalah pengakaran dari energy dibagi dengan massa. Mudahnya cahaya sama dengan akar dari energy dibagi dengan massa benda ( C= √E/M). Pemahaman ini sedikit menjelaskan bahwa massa sebuah benda dapat berwujud pembagian antara energy dengan kuadrat cahaya. Ini memang seperti anak SMU yang belajar fisika membalik-balik rumus. Bingung? Tenang, saya juga bingung karena selama SMU guru fisika langgangan melempari saya dengan penghapus atau kapur tulis. Kita akan mudahkan saja karena pemahaman ini hanya untuk mereka yang ilmu fisikanya selalu mendapat nilai tinggi. Arti mudah dari semua ini adalah menyatakan bahwa manusia ini berasal dari cahaya dan setumpuk energy. Melalui sebuah proses simbiosis yang sangat sistematik. Mungkin anda akan kaget karena pada umumnya kita memahami manusia itu tercipta dari segumpalan tanah atawa dari sperma yang menikah dengan sel telur di ovarium. Sekarang mari kita lihat proses penciptaan manusia yang dalam rumus tadi disebut sebagai salah satu massa (benda) yang akan terdiri dari cahaya dan energy. Nabi Adam as adalah manusia pertama yang diciptakan dari segumpal tanah dan ditiupkan ruh sehingga ia bisa hidup. Dimana cirri-ciri makhluk yang dikatakan hidup itu sudah jelas dipelajari saat dulu duduk dibangku Sekolah dasar. Jika Adam adalah massa maka ruh adalah cahaya (deriviatif cahaya) yang ditiup oleh Jibril melalui ijin Sang Maha Kuasa. Untuk bergerak dan melakukan semua aktifitasnya, Adam as memerlukan energy. Lalu timbul pertanyaan masa Adam masih disyurga bagaimana Adam memperoleh energy karena ia tak makan dan tak pula minum. Hanya bernafas saja, sedangkan kalori yang butuhkan untuk menjadi energy tidak akan cukup dari hanya proses pembakaran saja. Jawabnya mudah saja, allah adalah sumber energy tanpa batas. Dimana seperti kita ketahui bersama bahwa energy mempunyai sifat yang kekal. Tidak akan habis dan tidak akan hilang. Ia hanya beregenerasi dari satu bentuk energy kebentuk energy yang lain. Begitulah sifat energy. Ini artinya kekekalan energy itu sebenarnya mempunyai titik awal dan pasti akan menemui titik akhir kecuali yang menciptakan energy itu sendiri; Allah SWT. Pelan-pelan, ketetapan relativitas Einstein telah mulai menunjukkan titik terang dan kitapun hampir sampai pada sebuah kesimpulan dengan penelaahan diatas. Bukankah makhluk ciptaan itu selalu bergantung kepada sang penciptanya. Baik itu dalam bentuk lahir maupun batin, mulai dari proses lahir hingga prose situ tumbuh berkembang hingga mati. Mengapa karena sifat energy tadi yang mengharuskan makhluk itu mati karena energy merupakan sebuah ketetapan. Lantas bagaimana menghubungkan teori ini dengan pernyataan bahwa tuhan itu haruslah gaib. Paling tidak, Ia harus tidak bisa dideferensiasikan dengan bentuk dan rasa. Setelah melihat pernyataan diatas maka kita akan mendapatkan sebuah analisa sederhana mengenai sebuah keharusan bahwa tuhan itu adalah Maha Gaib. Kita kembali lihat komposisi penciptaan adam as sebagai manusia atau sebagai salah satu makhluk ciptaan. Ada beberapa unsur mengharuskan dia dalam bentuk yang absurd dalam hal ini adalah ruh dan energy. Seperti yang telah disepakati diatas bahwa makhluk ciptaan itu bergantung pada peciptanya, maka dengan demikian penciptanya juga sudah tentu tak perlu lagi ditiupkan energy dan cahaya untuk menjadi sebuah bentuk bukan? Bagaimana mungkin bisa dia berbentuk dalam tahapan terlihat mata bila dia adalah pemilik cahaya dan pemberi pinjaman energy itu sendiri. Kita akan serempak mengiyakan karena tentu saja tidak mungkin percaya bila manusia atau sebuah bentuk yang terlihat dengan mata telanjang bisa menciptakan makhluk yang terdiri dari unsure yang sama denganNYA. Yang memberikan itu tentu saja lebih mampu memberikan segalanya karena dia sendiri berlebihan. Artinya, bisa jadi Tuhan itu tidak makan karena energy sudah berada mutlak padanya (bukan berarti energy adalah tuhan ya!). tuhan juga tidak memerlukan lagi cahaya untuk disematkan atau diberikan kepadanya karena dia sendiri sudah memberikan kepada makhluknya. Sederhana, simple, dan mudah bila kita ingin mencari tuhan dari ilmu science atau pasti. Lalu siapakah tuhan yang maha ghaib dan maha berlebih cahaya dan energy itu? Dari semua agama didunia ini tentu saja kita bisa dengan yakin mengatakan bahwa Tuhan itu adalah ALLAH. Lalu timbul pertanyaan sekonyong-konyong berapa jumlah tuhan, maka teori Hukum Tekanan bisa menjawabnya dengan mudah. Dengan demikian, wajar dan pantaslah kita sebagai manusia yang hina dan lemah ini (karena semuanya adalah pinjaman) diminta pertanggung jawabannya kepada sang Pemilik. Kita juga layak dan wajib untuk taat kepadaNYA karena keadaan penciptaan kita sendiri sudah sangat bergantung akan dzatnya. Bukankah Rasulullah dalam doanya sering menyebut “wahai Dzat Yang nyawaku berada dalam genggamanNYA”. Terbelalak hati dan mata kita tatkala menyadari bahwa “albert Einstein” sebenarnya penemu teori relativitas itu sebenarnya adalah Rasulullah SAW. Lalu bagaimana mungkin? Rasulullah ada berabad-abad sebelum Einstein ada, ditengah gurun dan beliau itu ummy pula lagi. Subhanallah. Mangkirkah kita lagi dari ketetapanNYA? Bersyukur atau malah bersombong diri dengan segalanya yang ada. Wallahu`alam Wassalam *untuk lo semua yang hebat bro * #Repost dari Fb : https://www.facebook.com/yudi.randa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H