Saya mungkin termasuk orang yang tidak terlalu percaya diri, sewaktu remaja.
Pilihan kencan saya cuma disekolah atau sesama teman kuliah dan belajar.
Berkencan zaman dahulu tidaklah mudah. Apalagi didaerah yang masih kental perhatian orang terhadap hubungan lawan jenis.Â
Janji cuma diucapkan ketika bertemu dan tidak ada smartphone yang efektif dapat menghubungi sang pacar jika janji temu batal.Â
Tak jarang pasangan kencan menunggu yang kenyataannya sang pacar tidak datang.
Ayah saya ketika saya pacaran dan pasangan datang kerumah senang dapat menantu orang yang sudah kerja.
Tidak tahu kenapa ayah begitu mungkin karena saudara saudara saya lima orang semuanya diharuskan sekolah dan beliau kerepotan membiayai.
Kenyataan ibu saya adalah ibu rumah tangga biasa dan tidak bekerja sedangkan ayah pensiunan pegawai negeri.
Harapan ayah tidak semuanya terkabul, dari kelima anaknya hanya 3 orang yang memiliki pasangan yang bekerja termasuk saya.
Mendapat pasangan yang sama sama bekerja ada plus minusnya.
Ketika anak lahir, terpaksa ada pembantu rumah yang harus dicari.Â
Istri yang bekerja (maaf) lebih pandai merawat diri, namun tidak ada juga jaminan ekonomi akan lebih baik.