Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengantin Perang, Ribuan Wanita Jepang Menikah dengan Tentara Amerika

12 Mei 2024   08:49 Diperbarui: 12 Mei 2024   09:05 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu dan ayah tahun 1950 PHOTO: COURTESY OF THE TOLBERT FAMILY 

Kisah nyata yang mengejutkan yang diceritakan oleh Catherine Tolbert, putri seorang pengantin perang.

Empat tahun setelah serangan terhadap Pearl Harbor, Jepang menyerah akibat berbagai serangan udara terhadap kota-kota di seluruh Jepang .

Terakhir dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki Amerika Serikat menduduki Jepang sebagai pemenang perang.

Setelah itu, ada 45.000 wanita Jepang yang menikah dengan tentara Amerika.

Wanita Jepang yang jatuh cinta dengan tentara Amerika disebut ``pengantin perang.'' 

Tidak diketahui kenapa disebut pengantin perang, mungkin belum banyak orang Jepang yang menerima hal itu terjadi. 

Puluhan ribu wanita Jepang datang ke Amerika bersama suami mereka yang merupakan tentara Amerika.

 Apa yang terjadi setelah itu, mereka membaur dalam kehidupan di Amerika Serikat.

Puluhan ribu juga  perempuan menghilang dari perhatian masyarakat Jepang.

Mereka mencoba meninggalkan identitas Jepang mereka dan menjadi orang Amerika.

 Mendapat nama Amerika, pertama kali  sulit untuk mengucapkan dan mengingat nama Jepang.

Chikako menjadi Peggy, dan Kiyoko menjadi Barbara. Nama-nama dipilih secara acak, dan pejabat AS memilih nama dari daftar juru ketik. 

Alhasil, ibu sebelumnya bernama , Hiroko Furukawa, menjadi Susie.

Bagaimana rasanya diberi nama Amerika ?  Kata ibuku, dia tidak peduli.

Ketika saya bertanya kepada wanita Jepang lainnya, mereka hanya menjawab  memiliki nama Amerika membuat hidup lebih mudah.

Ibu lahir sebagai putri seorang perwira Angkatan Darat Kekaisaran Jepang memiliki masa kecil yang indah ketika ditugaskan di Korea. 

Ayahnya  mempekerjakan pembantu rumah tangga dan anak yaitu ibunya mengambil pelajaran menari. Setiap pagi, sekretaris datang, menyemir sepatu ayahnya, dan mengantarnya ke kamp dengan mobil.

 Namun, ketika ayahnya meninggal karena sakit, keluarga kembali ke Jepang dan harus menjalani kehidupan yang terpenggal.

Setelah lulus SMA, ibu  mencari pekerjaan karena tidak mampu kuliah.

Ketika militer AS membuka PX, toko umum untuk tentara Amerika, di Ginza, Tokyo, ibu pergi ke sana untuk wawancara dan dipekerjakan sebagai tenaga penjualan di bagian perhiasan. Dia membantu tentara Amerika menemukan hadiah untuk pacar mereka.

Suatu hari di tahun 1950-an, seorang tentara Amerika yaitu ayah saya mendekati ibu mengantarkan pulang ke rumah dengan kereta api.

Ayah mulai sering mengunjungi tempat kerja ibu dan mengajak berkencan. 

Ibu menolak ajakan tersebut, namun ayah tidak menyerah.

Ibuku menikah dengan  ayah saya yang seorang tentara di Angkatan Darat AS. 

Pindah dari Tokyo ke Amerika Serikat dan menetap di sebuah peternakan ayam di luar Elmira, New York.

Ibu saya, yang tumbuh dalam dalam keluarga yang mengelola peternakan unggas di Amerika Serikat. 

Sejak itu, ibu tinggal di pedesaan seluas dua mil persegi selama 64 tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun