Istri menikah dan suami akan membawa pasangannya tinggal dirumah keluarganya.
Masalah bisa saja terjadi, ketika
Ibu mertua terlalu sering mengeluh tentang cara  memasak dan membersihkan rumah  serta sikap menantu perempuan.
Ibu mertua memaksakan pendapatnya terhadap pasangan dan menantu perempuan tidak dapat beradaptasi dengan baik.Â
Pertengkaran mungkin muncul karena ibu mertua mengira anaknya telah dibawa pergi oleh menantunya.Â
Penyebab konflik selalu disebabkan oleh hal-hal yang sangat kecil.. ini diperparah lagi jika pasangan atau istri tidak pandai mengungkapkan perasaannya secara langsung sehingga sering terjadi kesalahpahaman.
Perebutan masalah keuangan untuk menguasai perekonomian rumah tanggaÂ
Masalah Bumbu makanan, cara melakukan pekerjaan rumah tangga dan sebagainya.
ibu mertua ikut campur dalam kebijakan pendidikan '' dan terlalu toleran terhadap cucu mereka.''
Ibu mertua yang ingin jadi bos."
Lalu bagaimana dengan sistem matriarchat. Ini jauh berbeda dengan masalah diatas. Kebetulan saya dari Sumatera Barat tidak mengalami hal diatas.Â
Seorang lelaki di Minangkabau kalau sudah menikah, ia akan tinggal dirumah keluarga istrinya.
Ibu mertua dari lelaki akan mendampingi anaknya bersama menantu laki laki.Â
Tentu saja tidak ada konflik, karena dia mendampingi anak perempuannya sendiri.
Wanita di Minangkabau dengan sistem Matriarchat  menguasai harta pusaka dan mendapat bagian dari waris.Â
Berbeda dengan lelaki, tidak mendapat banyak warisan dari keluarga. Ayah saya ketika membangun rumah sudah mengatakan bahwa rumah ini nantinya akan  diwarisksn kepada anak perempuan.Â
Anak perempuan akan membawa suami tinggal bersamanya.
Anak anak sesuai dengan sistem matriarchat akan lebih dekat kepada ibu. Bahkan  suku diwarisksn dari ibu.Â
Jadi tidak ada ketegangan antara anak lerempuan dan merrua karena umumnya tidak tinggal serumah.
Harta pusaka istri bisa membantu kehidupan bersama.Â
Mertua perempuan dari lelaki bisa memilih dimana dia tinggal.
Mungkin dari salah satu anak perempuannya yang mampu atau yang disayanginya.
Jadi konflik antara mertua dan menantu perempuan pada umumnya sangat jarang terjadi.
Kehidupan bisa saja berubah, namun adat Minangkabau umumnya masih berjalan dengan baik.Â
Itulah kehidupan saya sebagai lelaki Minangkabau yang akan lebih dekat dengan keluarga istri.
Ayah saya ketika hidup memiliki sawah dan kebun yang cukup luas. Namun sebagai anak saya tidak dapat mewarisi karena semua harta pusaka akan jatuh kepada kemenakan.Â
Orang tua saya menjadi mamak bagi kaumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H