Mantan tentara Israel menyerukan PM Israel agar  politik di Gaza, "bukan balas dendam." dan segera berhenti melakukan pembantaian di Gaza.
Benjamin Netanyahu hendaknya "mengambil jalan menuju perdamaian  dan tidak melakukan pembalasan dengan cara yang tidak bermoral dan tidak manusiawi."Â
Surat kabar Amerika "The Daily Beast" mengutip sekelompok veteran Israel yang menentang pendudukan Israel di wilayah Palestina.
Uri Givati, seorang pejabat di organisasi "Breaking the Silence", yang beranggotakan mantan tentara dan veteran tentara Israel, mengatakan bahwa pemimpin tentara Israel sedang melakukan "balas dendam" di Gaza.
 ke tingkat yang lebih tinggi.Â
Ia menggambarkan tindakan itu  sebagai "tidak bermoral dan tidak manusiawi."
Kecenderungan Israel untuk menumpahkan darah dan membunuh warga tak berdosa di Jalur Gaza sebagai bagian dari operasinya melawan Hamas adalah rencana yang "salah".
Mereka menjelaskan bahwa "jika kita membunuh puluhan ribu warga sipil atau menghancurkan sebagian besar infrastruktur di wilayah tersebut tidak akan membawa kembali keluarga dan teman-teman kami yang terbunuh."
 Givati mengusulkan solusi  untuk menghentikan pembantaian  di Jalur Gaza,  Israel harus mengadopsi rencana yang mengatasi akar konflik dan visi yang jelas tentang apa yang terjadi.
Dalam konteks yang sama, Daily Beast mengatakan bahwa para pemimpin dunia menekan pejabat Israel secara terbuka dan di balik pintu untuk menghentikan serangan militer  di Gaza guna membatasi pembunuhan dan pengungsian warga sipil.
Namun PM Israel Netanyahu tidak peduli. Israel akan tetap melanjutkan serangannya  setelah berakhirnya gencatan senjata.
Surat kabar Amerika itu juga mengutip Mark Schwartz, jenderal dan mantan koordinator keamanan Amerika untuk Israel
antara tahun 2019 dan 2021,
mengatakan "Israel seharusnya terletak pada membangun perdamaian dengan Palestina, "dan bukan pembunuhan acak di Gaza .
Palestina "tidak akan pernah memaafkan orang Israel,"ujarnya.
Dia juga menilai Â
"Membangkitkan kemarahan orang-orang Palestina  meningkatkan bahaya bagi tentara Israel. kemudian hari."
 Pada tanggal 1 Desember, gencatan senjata sementara antara faksi perlawanan Palestina dan Israel berakhir.
 Tentara Israel segera menyerang lebih dari 400 sasaran di seluruh Gaza dalam satu hari,  mengakibatkan hampir 700 warga Palestina tewas.
 Jerman juga mengkritik rencana Israel untuk mengeksekusi tahanan Palestina dan melemahkan sistem peradilan.
Meski banyaknya kritik, nampaknya PM Israel Benyamin Netanyahu tidak peduli dan tetap akan melanjutkan penghancuran. Netanyahu akan terus memburu Hamas sebagai balasan atas serangan tanggal 07 Oktober lalu.
Hamas menamai serangan itu sebagai Operasi Banjir Al-Aqsa (Operation Al-Aqsa Flood).Â
Ini adalah konflik langsung pertama ke wilayah Israel sejak Perang Arab-Israel tahun 1948
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H