Hari Natal adakah hari libur di Indonesia dan hampir seluruh negara. Hukum ucapan Natal oleh umat muslim di Indonesia  masih diperdebatkan, namun kerukunan antaragama saat Natal membuat suasana haru.
Berbeda dengan Indonesia, Natal bukanlah hari libur  tradisional di China. Di Tiongkok  banyak orang di negara ini memiliki tradisi memberi apel pada Malam Natal.
Natal menjadi semakin populer di China dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan anak muda, menurut That's Mags.
Memberi apel pada Malam Natal telah menjadi sangat populer di China sehingga harga buah tersebut naik setiap tanggal 24 Desember.
Menurut The World of Chinese , tradisi ini berakar pada homonim. Dalam bahasa Mandarin, "Malam Natal" diterjemahkan sebagai Ping'anye ( malam yang damai). Kata ini diucapkan sedikit seperti kata Cina untuk "apel" atau pingguo. Orang Tionghoa sejak saat itu menyebut apel sebagai suguhan Natal, atau "apel perdamaian".
Apel perdamaian  dibungkus dalam kotak atau kertas warna-warni dengan gambar kartun, pita, atau bahkan pesan Natal yang tercetak.
Cara ini membantu menunjukkan seberapa besar kepedulian pemberi terhadap penerima, menurut The World of Chinese .
Menurut orang Tionghoa, Malam Natal adalah hari belanja terbesar dalam setahun, jadi ini adalah peluang belanja yang bagus untuk negara ini. Namun umat Kristen di China diawasi secara ketat oleh pemerintah terutama dengan upacara keagamaan.
Beberapa himne juga tidak boleh diputar tanpa persetujuan pemerintah. Budaya  Natal  Amerika dan di China berbeda.  China membatasi pengaruh budaya Barat terhadap peradaban China.
Â
Orang Cina merayakan dengan apel yang dibungkus plastik  sebagai buah yang diberikan pada acara spesial. Orang Tionghoa berpendapat bahwa kado atau dekorasi Natal yang sering digunakan orang Barat berasal dari Tiongkok.
Hong Xiuquan, lahir pada tahun 1814, adalah orang pertama yang menyebarkan agama Kristen ke Tiongkok.
Dia meluncurkan kampanye yang disebut Kerajaan Surgawi dengan jangkauan operasi di wilayah selatan Tiongkok yang luas.
Â
Lalu ada juga tradisi Natal yang berbeda dengan umat nasrani yang merayakannya di Indonesia.
Orang Eropa menggantung laba-laba di pohon Natal.
Sarang laba-laba dipandang sebagai simbol keberuntungan saat Natal.
Jadi dekorasi pohon yang akrab dengan  laba-laba dan sarang laba-laba.
Â
Ceritanya bahwa seorang janda miskin dan anak-anaknya merawat pohon cemara di luar gubuk ibu mereka. Saat pohon itu tumbuh besar, mereka tidak bisa menghiasnya untuk Natal.
Lalu  laba-laba memasang jaring di sekitar pohon sepanjang malam untuk menghibur mereka.
Pada pagi hari Natal,  jaring laba-laba  menjadi emas dan perak, mengubah nasib keluarga itu.
Ukraina menganggap laba-laba dan sarang laba-laba sebagai pertanda baik pada Hari Natal. Orang Eropa  terutama Ukraina,  mendekorasi pohon natal dengan meniru jaring laba-laba. Natal yang meriah dirayakan menurut cara mereka sendiri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H