Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Kartu Kuning, Argentina Paling Banyak Dapat Kartu Kuning tapi Favorit Juara

12 Desember 2022   13:26 Diperbarui: 12 Desember 2022   15:38 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wasit Antonio Mateu Lahoz mencabut 17 kartu kuning di laga perempat final Piala Dunia 2022 Belanda vs  Argentina (Foto: Reuters/Hamad I Mohammed)

Bagaimana perasaan pemain dapat kartu kuning, tentu sangat kecewa. Apalagi kartu merah, artinya harus keluar lapangan permainan.

Paling ditakuti setiap pemain adalah diskors dari final atau semi final turnamen besar. Kartu kuning di babak sistem gugur – atau kartu merah, akan membuat pemain diskors dari babak semifinal.

Aturan kartu kuning telah sedikit berubah untuk Piala Dunia 2022.oleh FIFA  untuk memberi kesempatan bagi seorang pemain tidak absen di final karena skorsing.

Semua suspensi dihapus setelah perempat final berakhir. Jadi mereka dapat bermain di final. Kalau ada pelanggaran serius di lapangan sepak bola, wasit akan memberikan peringatan kartu kuning atau juga kartu merah.(pelanggaran berat)

Adanya kartu kuning baru ada tahun 1966. Kisahnya dimulai di Piala Dunia 1966,  Inggris dan Argentina bertemu di perempat final.

 Saat itu, tim Argentina bermain   kasar .Mereka memiliki gaya permainan yang garang di lapangan dan banyak melakukan pelanggaran.

Wasit Jerman Critre  memperingatkan para pemain Argentina. Tetapi karena kendala bahasa, para pemain Argentina tidak tahu apa yang dibicarakan wasit, dan banyak pemain bahkan tidak tahu bahwa mereka telah diperingatkan.

Menurut saya mungkin pura pura bego, jadi pelanggaran terus saja terjadi dan bahkan setelah keributan di babak kedua, wasit Critre mengeluarkan kapten Argentina dari lapangan.

Tapi kedua belah pihak saling ngotot dan  menjadi lebih kacau. Permainan berhenti selama beberapa menit menunggu penjelasan wasit.

Usai pertandingan, seorang pejabat Inggris bernama Ken Aston yang berada di lokasi berpikir. Banyak konflik dalam sepakbola disebabkan oleh kendala bahasa.

Pada saat Aston sedang dalam perjalanan pulang, tiba-tiba melihat lampu merah dan kuning di persimpangan.

Disitu dia dapat ide, Ken Aston menyarankan agar Panitia Penyelenggara Piala Dunia menggunakan kartu merah dan kuning untuk memperingatkan pemain yang sedang bermain di lapangan.

Ia juga memanfaatkan posisinya sebagai ketua Komite Wasit FIFA untuk gencar mempromosikan sistem kartu merah dan kuning.

Pada Piala Dunia 1970 di Meksiko, sistem kartu merah dan kuning lahir, mantan pemain Soviet Lovchev menjadi pemain pertama yang mendapat kartu kuning.

Empat tahun kemudian, di Piala Dunia di Republik Federal Jerman, Caszeri dari tim Chili menerima kartu merah pertama dalam sejarah sepakbola.

Adanya kartu merah dan kuning banyak konflik di lapangan sepak bola berkurang, cukup efektif untuk meredam kekerasan di lapangan. Aston juga terkenal dalam sejarah karena penemuan hebat ini.

Bagaimana sepak bola di Qatar pada saat ini, lagi lagi Argentina atau mungkin secara kebetulan.

Wasit Antonio Miguel Mateu Lahoz mengeluarkan tujuh kartu kuning untuk para pemain Belanda.

 Argentina memang menang,  tapi merupakan tim terbanyak yang mendapatkan kartu kuning di piala dunia Qatar.

Ada 9 orang pemain Argentina dikenai hukuman. Disebut sebut sebagai rekor baru dalam satu pertandingan Piala Dunia.

Untuk  Belanda, wasit  memberikan kartu kuning pada Jurrien Timber, Memphis Depay, Steven Bergwijn, Steven Berghuis, Wout Weghorst, Noa Lang.

Pemain  Dumfries yang membuatnya mendapatkan kartu merah karena sudah dua kali dapat kartu kuning  

Argentina mendapat kartu kuning paling banyak. Ada sembilan pemain memdapatnya.   Cristian Romero, Marcos Acuna, Lisandro Martinez, Nicolas Otamendi.

Lionel Messi, Leandro Paredes, German Pezella, Gonzalo Montiel.

Bahkan sang pelatih  juga tidak luput "dikartu Kuningan" wasit. Apes juga  nasib Lionel Scaloni pelatih Argentina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun