Mungkin ini nasib paling apes dialami Presiden Peru, sebuah negara di Amerika Selatan.
Majelis Nasional Peru pada tanggal 7 Desember melengserkan Presiden Pedro Castillo, dengan 101 suara setuju, 6 menentang dan 10 abstain.
Setelah itu terjadi , Polisi Nasional Peru segera mengamankan Presiden (ditangkap) begitu juga mantan Perdana Menteri Anibal Torres.
Mereka dibawa ke markas keamanan di ibu kota, Lima, beberapa jam setelah digulingkan.
Setelah itu, Wakil Presiden Dina Boluarte dilantik sebagai presiden sementara di markas besar Majelis Nasional dan DPR Peru.
Pemakzulan terjadi ketika pekan lalu mantan presiden Pedro Castillo mengancam akan membubarkan DPR.
Jadi pada tanggal 7 Desember , Castillo mengumumkan pembubaran Majelis Nasional (MPR) dan pembentukan pemerintahan darurat melalui dekrit.
Ia memberlakukan jam malam nasional dan menyerukan diadakannya pemilihan legislatif baru.
Apa lacur, tindakan pemimpin ini ditentang keras oleh Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, Badan Perlindungan Rakyat dan banyak anggota parlemen Peru menentangnya.
Keputusan itu juga membuat Pedro Castillo kehilangan dukungan dari sebagian besar anggota kabinetnya.
Sejak awal, masa jabatan Mr Pedro Castillo sudah diduga "tidak bertahan lama". Castillo menjabat pada saat saat dukungan kepadanya rendah.
Untuk memakzulkan seorang presiden, setidaknya diperlukan dua pertiga dari 130 anggota Kongres.
Negara-negara di kawasan Amerika Latin telah menyatakan keprihatinannya, menyerukan kepada para pihak untuk berdialog, melindungi demokrasi dan konstitusi.
KTT Aliansi Pasifik para pemimpin Meksiko, Kolombia, Peru dan Chili dijadwalkan pada 14 Desember di Peru, ditunda karena krisis politik di negara tersebut.
Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard pada tanggal 7 Desember, menyatakan bahwa
"Meksiko siap memberikan suaka kepada Presiden Peru."
Di Peru Dina Boluarte menjabat sebagai presiden sementara.
Ia segera menyerukan diakhirinya perselisihan politik " membentuk pemerintahan persatuan nasional" dan mengatasi korupsi, atas kegagalan pendahulunya.
Banyak yang mempertanyakan apakah Pedro Castillo akan diadili atau akan diizinkan mencari suaka di negara lain.
Outlet televisi menunjukkan Castillo meninggalkan kantor polisi dan akan dipindahkan ke penjara yang dikelola polisi.
Polisi mengatakan mereka telah “campur tangan” untuk memenuhi tugas mereka.
Kejaksaan Agung mengajukan gugatan konstitusional terhadap Castillo. Ia diduga memimpin “organisasi kriminal” untuk mendapatkan keuntungan dari kontrak negara dan menghalangi penyelidikan.
Sejumlah protes jalanan kecil terjadi. Di Lima,Peru , puluhan orang mengibarkan bendera Peru bersorak atas kejatuhan Castillo.
Di tempat lain di ibu kota dan di Arequipa, para pendukungnya berbaris dan bentrok dengan polisi. Salah satunya memegang papan bertuliskan “Pedro, orang-orang bersamamu”.
AS Sambut Pemerintah Baru
Peru. Amerika Serikat dengan tegas menolak tindakan ekstra konstitusional apa pun oleh Presiden Pedro Castillo.
Pada hari yang sama, juru bicara Departemen Luar Negeri AS menyambut baik penunjukan Dina Boluarte.
Pemerintah AS akan mendukung Peru di bawah pemerintahan persatuan yang dijanjikan akan dibentuk.
Pedro Castillo (53) sebelumnya berprofesi sebagai guru sebelum menjadi presiden.
Ia telah selamat dari dua upaya sebelumnya untuk memakzulkannya sejak dia memulai masa jabatannya pada Juli 2021.
Krisis di Peru dan paling hebat baru saja terjadi dan negara itu dalam pemulihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H