Secara naluri, kita mungkin heran adanya keinginan tidak menikah dan punya anak yang trend dinegara maju. Ketika sebagian orang khawatir dengan populasi yang meningkat, sebagian lagi enggan punya anak.
Apa jadinya ketika mereka tua, punya harta yang dikumpulkan dengan susah payah tapi tanpa pewaris.
Ini terjadi di negara maju dan di Asia tempatnta adalah Jepang dan Korea Selatan.
Korea Selatan saat ini  tingkat kelahiran terendah di dunia. Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan negaranya telah menghabiskan lebih dari $200 miliar untuk upaya meningkatkan populasi selama 16 tahun terakhir.
Korea telah  memberikan dukungan keuangan untuk keluarga  punya bayi, namun masih belum berarti. Biaya bantuan ditingkatkan.
Tunjangan bulanan untuk orang tua dengan anak di bawah usia 1 tahun ditingkatkan dari 300.000 won ($230) saat ini menjadi 700.000 won ($540) pada tahun 2023 dan menjadi 1 juta won ($770) dan pada tahun 2024. Angka yang sangat besar tentunya, tapi tetap saja kurang menarik. Pemerintah membuat keputusan waktunya  diperpanjang  sampai anak berusia dua tahun.
Menurut Bloomberg , subsidi 1 juta won adalah salah satu janji kampanye Presiden Yoon untuk mengatasi angka kelahiran yang rendah di Korea Selatan.
Angka yang dirilis pada bulan November menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anak yang diinginkan seorang wanita Korea turun menjadi hanya 0,79.
Pada tahun 2020,  pertama kalinya mencatat lebih banyak kematian daripada kelahiran. Begitu juga  tahun 2021, terjadi penurunan yang tajam pada pasangan yang ingin menikah.
Salah satunya adalah alasan klasik seperti  tantangan ekonomi. Jika ekonomi mapan, perempuan yang bekerja cendrung untuk lebih mencintai kariernya dan enggan untuk menikah. Ketika kesadaran itu datang, semua sudah terlambat karena faktor usia Â
Melonjaknya harga rumah juga membuat banyak anak muda ragu untuk menikah. Kecenderungan hidup melajang  salah satu alasan mengapa angka kelahiran di negara ini menurun drastis belakangan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H