Gempa berkekuatan 5,6 di Cianjur Jawa Barat menewaskan sekurang kurangnya 162 orang dan melukai 326 lagi dan merusak ribuan rumah.
Gempa terjadi tanggal 21 November di Cianjur Jawa Barat beritanya segera menyebar keseluruh dunia
CNN melaporkan gempa sebagian besar korbannya adalah anak-anak,"
Gempa juga membuat 13.782 orang mengungsi merusak setidaknya 2.345 rumah, kata Gubernur Ridwan Kamil.
Badan Cuaca dan Geofisika Indonesia (BMKG) menyatakan gempa terjadi pada siang hari tanggal 21 November berpusat di darat di Cianjur pada kedalaman 10 km.
BMKG mencatat 25 gempa susulan dalam 2 jam dan memperingatkan tentang risiko tanah longsor, terutama jika terjadi hujan lebat.
Pihak berwenang sebelumnya melaporkan menyelamatkan seorang wanita dan bayi yang terjebak dalam tanah longsor di dekat kota itu.
Getaran mengguncang bangunan dan atap beberapa bangunan runtuh, getarannya terasa sampai Jakarta 100 Km dari pusat gempa wartawan AFP di tempat melaporkan.
Tim penyelamat Indonesia berlomba menemukan korban yang terjebak gempa mematikan
Tim menjangkau orang-orang yang masih terperangkap di reruntuhan setelah gempa.
Getaran pada Senin sore menyebabkan warga yang panik mengungsi ke jalan-jalan saat bangunan runtuh.
Tempat parkir sebuah rumah sakit di Cianjur dibanjiri korban, ada yang dirawat di tenda darurat, ada yang memasang infus di trotoar, saat petugas medis menjahit pasien di bawah cahaya obor.
"Semuanya ambruk di bawah saya dan saya remuk di bawah anak ini," kata Cucu, seorang warga berusia 48 tahun, kepada Reuters dari tempat parkir rumah sakit yang penuh sesak itu.
"Dua anak saya selamat, Saya bawa dua lagi ke sini, dan satu masih hilang," katanya sambil menangis.
Hingga Selasa pagi, ratusan polisi telah dikerahkan untuk membantu upaya penyelamatan gempa.
Survei Geologi AS (USGS) mengatakan gempa dengan pusat gempa di Cianjur adalah dangkal .
Indonesia merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik di mana gempa bumi dan aktivitas vulkanik sering terjadi.
Indonesia sudah harus belajar manajemen atau simulasi gempa sejak sekolah seperti yang dilakukan Jepang.
Di negara itu setiap tanggal 11 September anak anak dilatih untuk mengamankan diri dari gempa
Dengan prinsip 'OKASHIMO' yang diajarkan untuk keluar kelas dengan selamat setelah goncangan berakhir.
Anak sekolah secara serempak berteriak “O" atau osanai (jangan dorong), KA atau kakenai (jangan lari), SHI , shaberanai (jangan bicara), MO, modoranai (jangan berbalik)”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H