Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cara Selamat dari Kerumunan, Jauhi Tembok dan Penghalang

11 November 2022   16:05 Diperbarui: 11 November 2022   16:10 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Pengunjung festival musik Love Parade berkerumun di lokasi festival di Duisburg, Jerman(Achim Scheidemann/DPA/AFP/Getty Images)

Kalau kita perhatikan, korban tewas akibat kerumunan sering menimbulkan korban ditempat tertutup dan ada penghalangnya.
Ruangan terbuka seperti foto diatas tampak aman aman saja selagi tidak ada kepanikan atau provokasi.

Tragedi Kanjuruhan dan Itaewon atau tempat kerusuhan lain adalah ditempat tertutup, setengah tertutup dan ada penghalangnya.

Kanjuruhan akibat panik dan terinjak-injak diduga akibat gas air mata terhalang pintu yang kecil.

Insiden Itaewon  murni akibat terlalu padat digang sempit berpenghalang dan kekurangan oksigen menurut pengamatan awam saya.

Saya pernah sewaktu kecil hampir mati hanya akibat ingin menonton gratis yang diadakan oleh sebuah panitia pertunjukan.

Kini saya hanya dapat mengira ngira apa yang mesti dilakukan kalau terjebak dalam kerumunan atau panik di tempat orang ramai orang dan  over kapasitas  

Secara insting, perilaku orang menghadapi kerumunan,  adalah mencari ruang kosong di depan  agar terbebas dari kerumunan.

Orang akan terus masuk ke celah dan membuat ruang di sekitarnya semakin sempit.

Dalam kepanikan, orang-orang menjadi agresif, main menang sendiri, sikut sikutan.

Makin berdesak-desakan dan mendorong orang lain untuk  atau berteriak teriak  minta tolong, minta jalan seperti yang saya ingat .

Orang menjadi stres apalagi kalau ada provokasi dan berita palsu. Suara yang luar biasa keras bisa menyebabkan ketakutan dan panik. 

Saya  tersepit ketika menonton ada diantara tembok penghalang dan tak ada yang peduli. Orang saling mendorong dan kalau terjatuh terinjak-injak . Saya kira,  itulah penyebab utama jatuhnya korban. 

Menurut ahli psikologi, ada cara yang mesti dilakukan untuk bertahan hidup dari dikerumunan, panik dan overkapasitas.

Pertama tama, cobalah untuk menjaga keseimbangan, berdiri dengan kokoh  bergerak ke arah yang sama dengan orang banyak yang terdorong.

Goyangkan kaki untuk menjaga keseimbangan dan 'tangan kita berusaha melindungi jantung dan dada kita.

Usahakan jangan sampai terjatuh, kalau terjadi, lakukan sesegera mungkin untuk bangkit.

Jika  tidak bisa juga, berbaringlah dengan miring tangan di kepala mendekatkan kaki ke tubuh.

Jangan berteriak, karena  berteriak akan menghilangkan lebih banyak oksigen yang dapat menyebabkan pingsan. 

Jangan mendekati tembok dan penghalang untuk menghindari ditekan oleh orang banyak. 

Terjepit di satu sisi, tembok penghalang menciptakan kekuatan tumbukan besar yang dapat merobohkan dinding bata yang kokoh. 

Ingat waktu kecil, saya terhimpit ditembok oleh orang orang berdesak desakan ternyata itu salah.

Di kota Padang Panjang dan umur saya terlalu kecil untuk menonton di bioskop bernama Capitol sekarang bernama Bioskop Raya. (tidak lagi beroperasi)

Perlu berhati hati dalam menyikapi kerumunan. Jangan memaksakan diri kalau orang sudah terlalu banyak. Pikirkan pintu keluar, itu yang saya ingat  kalau terjadi lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun