"... , Â masih menghadapi tantangan untuk menjadi daerah perkotaan. pasar yang maju ."
Meski ragu, Kobayashi mengatakan Jepang akan mendapat keuntungan dari investasinya di Nusantara jika kota itu berkembang. "Rencana kota pintar dan kendaraan hijau akan memberikan peluang bagi infrastruktur, perangkat keras, dan teknologi perangkat lunak Jepang untuk berkontribusi.
Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia, bahan baku kendaraan listrik.
Meski Jepang, sedikit pesimis tapi  empat pemerintah asing  berjanji akan menaikkan biaya pembangunan ibu kota Nusantara.
Negara tersebut , UEA, China, Korea Selatan, dan Taiwan.
 UEA berencana untuk menginvestasikan 20 miliar USD.
The International Association of Contractors of Korea (ICAK), sebuah kelompok lobi untuk pembangun yang terlibat dalam proyek-proyek luar negeri, mengatakan kepada Nikkei Asia bahwa anggota mereka tertarik untuk memenangkan pesanan untuk proyek Nusantara.
Bulan Juli, selama tur Asia Timur, singgah di Cina, Jepang dan Korea Selatan, Presiden Widodo mendapatkan komitmen dari Beijing dan Seoul untuk membantu mengembangkan Nusantara.
Tokyo tampaknya kurang antusias. Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan , Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida tidak menyebutkan proyek tersebut.
Beijing bermaksud menjadi peserta aktif dalam pembangunan ibu kota baru, yang merupakan peluang untuk meningkatkan pinjaman ke Indonesia.
Di Seoul, Presiden Widodo mengatakan Indonesia dan Korea Selatan telah memulai kerja sama dalam pengembangan Nusantara, termasuk dalam sistem penyediaan air minum dan membangun kota pintar.
Tetapi ada  potensi risiko keamanan dalam mengandalkan terlalu banyak  investasi asing untuk infrastruktur penting negara.
Khairul Fahmi, salah satu pendiri Institute for Strategic and Security Studies, telah meminta Indonesia untuk "tetap waspada dan memantau penyebaran teknologi informasi di ibu kota baru"