Pemerintah Haiti awalnya berencana untuk mengadakan pemilihan umum pada November 2021 dan merumuskan konstitusi baru melalui referendum.
Namun sejauh ini, tidak ada pemilihan terkait yang diadakan. Al Jazeera melaporkan bahwa Henry menunda pemilihan presiden dan parlemen tanpa batas waktu.
Dia juga  tidak mengadakan referendum konstitusional di tengah krisis politik yang semakin dalam di Haiti.
Satu tahun telah berlalu, dan kehidupan orang-orang Haiti belum membaik karena  kekerasan geng bermerajalela dan kehidupan yang sulit.Â
Kesabaran rakyat Haiti mungkin sudah habis. Pada tanggal 22 Agustus 2022 waktu setempat, ribuan warga Haiti memblokir jalan, menutup bisnis, dan turun ke jalan di ibukota Haiti Port-au-Prince.
Mereka  menuntut agar Perdana Menteri Haiti Ariel Henri mundur.
Unjuk rasa ribuan warga Haiti melakukan protes di Port-au-Prince dan kota-kota besar lainnya. Mereka mendirikan barikade yang dibakar untuk memblokir akses jalan.
Polisi terpaksa menembakkan gas air mata untuk mencoba membubarkan massa, dan pada satu titik mereka bentrok dengan pengunjuk rasa.
Pengunjuk rasa telah berdemonstrasi di depan kediaman resmi Henry.
Selanjutnya, protes menjadi semakin keras. Diperkirakan 42 orang telah tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam aksi demo besar-besaran tersebut.
Sampai kini Haiti belum membaik. Negara terancam Chaos.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H