Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anak Migran Indonesia Adopsi, Dapat My Kad dan Beasiswa Setelah 22 Tahun

12 Agustus 2022   18:16 Diperbarui: 12 Agustus 2022   18:22 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kini anak adopsi asal ibu Indonesia dan ayah Malaysia yang tidak pernah dikenalnya bernama Rohana sudah merasa bahagia. Rohana di Adopsi sejak bayi oleh seorang guru ethnis China Che Hoi Lan.

Bulan Agustus 2022 ini ia mendapat beasiswa dari Universitas Negeri Malaysia.

Rohana  juga sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan kepada anak angkatnya itu.

Anak angkatnya  berjanji akan bekerja keras untuk menyelesaikan studinya dengan baik agar dapat berkontribusi bagi masyarakat setempat.

Rohana mengatakan ibu angkatnya  Chee Hoi Lan sering menangis membayangkan mereka akan berpisah.

Chee mengatakan ini adalah pertama kalinya dia akan jauh dari anak angkatnya Rohana dan berharap gadis itu bisa menjaga dirinya dengan baik selama studinya di Kuala Lumpur.

"Saya harap dia (Rohana)  bercuti kembalilah ke sini dan temui saya. Setelah selesai study, saya berharap dia bisa menjadi ahli Internet (teknologi informasi), " kata Che.

Kisahnya yang menarik menyentuh menarik simpati  dimuat di sebuah harian di Malaysia bulan Januari 2022 lalu.
 
Ibunya adalah pekerja migran Indonesia, yang
menikah secara  "siri" di Malaysia. Tanpa menikah secara legal dia dan juga anak yang dilahirkan  tidak akan diakui sebagai warga negara Malaysia.

Ketika Rohana lahir, seharusnya dia bisa memiliki My Kid atau kartu anak , sama dengan KIA atau kartu anak Indonesia.
(cerita sebelumnya Februari lalu  baca ,e-KTP dan My Kad, Bisakah Lebih Baik?")

My Kid adalah Kartu pengenal bagi anak Malaysia  yang belum cukup umur.  Setelah berumur 17 tahun kartu itu diganti dengan My Kad atau  e KTP Malaysia.

Ibu Rohana telah  pulang ke Indonesia. Ia terpaksa menitipkan anak yang tanpa identitas tidak  bisa dibawa pulang ke tanah air.

Guru di Taman Kanak Kanak tempatnya menjadi cleaning Service, Chee Hoi Lan menolongnya.

 "Saya bantu kamu, tenang saja dan saya tidak punya putri. "

Meski bukan seorang muslim, Chee Hoi Lan menyekolahkan Rohana di Kelas Dasar Fardu Ain (Kafa) sekolah agama Islam swasta.

Lalu  dengan uangnya sendiri, ia  juga memasukan ke sekolah Mandarin untuk belajar ketrampilan dan bahasa China. Rohana tidak bisa masuk sekolah negeri, karena dia tidak diakui sebagai anak Malaysia.

Che yang berbeda agama  ingin Rohana mengenal ajaran Islam lebih baik.

Chee Hoi Lan  tidak menikah, namun ia ingin memastikan 'anaknya' itu dapat meneruskan hidupnya sebagai seorang Muslim.

“Ini adalah tugasku sebagai ibu  yang membedakan kita hanyalah budaya dan agama,” kata Chee Hoi Lan.

Saya pastikan dia terjaga sebagai seorang Muslim. Dia akan kekal begitu sampai bila-bila," tutur Chee Hoi Lan dalam bahasa Melayu.

Rohana sangat pintar dan fasih berbahasa Mandarin dan juga bahasa melayu serta bahasa Inggris.

"Saya sayangkan dia seperti anak sendiri. Sejak kecil, saya pastikan dia makan makanan halal. Dari kecil dia melakukan ibadah sebagai Muslim hingga hari ini," ujar Chee Hoi Lan seperti dikutip dari akun Facebook Harian Metro Malaysia, Minggu (16/1/2022).

Ia  membolehkan (menyuruh)  shalat dan tidak boleh memakan babi. Setelah berumur 20 tahun,  Rohana belum juga mempunyai status kewarganegaraan. Ia bermohon kepada pemerintah,   Malaysia sejak tahun  2016. Tetapi tidak dikabulkan

Kisahnya yang dimuat di sebuah harian di Malaysia, fasih berbahasa Mandarin dan bertudung ( jilbab) di tengah tengah ethnis China dimuat sebuah surat kabar.

Berita itu menarik simpati PM Malaysia Ismail Sabri Yaakob. Ia membantu Rohana mendapatkan my kad.

Rohana Abdullah, 22 tahun, memperoleh status kewarganegaraan Malaysia dan kartu identitas pada bulan April 2022 .

Ia sudah boleh bernapas lega, namun masih banyak anak anak seperti Rohana itu di Malaysia dan Serawak.

Dikutip dari Kompas.com dengan judul "Kisah Keturunan WNI Tanpa Kewarganegaraan di Malaysia"
 setidak tidaknya ada 43.445 anak-anak atau anak muda, di bawah usia 21 tahun, masuk dalam kategori tanpa kewarganegaraan.

Lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi lain memperkirakan jumlah tersebut jauh lebih tinggi, mencapai ratusan ribu orang sebagian besar anak tenaga migran Indonesia.

Data Kementerian Dalam Negeri Malaysia tidak mencakup mereka yang belum terdaftar.

Dilema lain bagi pekerja migran Indonesia di negara jiran  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun