Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Chairil Anwar "Aku si Binatang Jalang" (2)

2 Agustus 2022   15:06 Diperbarui: 2 Agustus 2022   16:41 5117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen Semibiografi 

Puisi Untuk Ibu 

Chairil memang menjadi urakan di Jakarta, merokok dan hidup kurang teratur karena hidup tanpa ayah. Mungkin juga itulah kehidupan seniman. 

Mereka yang berjiwa resah dan mencari kedamaian dalam seni. Ibunya tidak tahu bagaimana Chairil Anwar diluar.  Dirumah, anaknya itu sangat penyayang ibu. 


"Bagaimana ayah bertemu Ibu.." Tanya Chairil. Ia selalu menyempatkan diri berbicara dengan ibunya. 


"Itu cerita lama, aku tidak mau ingat, sudah 7 tahun ." jawab ibunya.

",Kenapa ibu selalu teguh?"
"Aku tidak pernah melihat ibu menangis sejak bercerai dengan ayah."ujar Chairil.

Ibunya menatap Chairil dan berkata.
"Cukuplah kamu tahu, ayahmu baik dan akan memberi kamu uang, asal kamu sekolah.." ujar ibunya Saleha.


"Ayah sudah kawin lagi," kata Chairil.

"Kamu tahu?"
"Itu tidak bisa di rahasiakan," jawab Chairil.
"Kamu saja yang ingin tahu, " ibunya bergumam.
"Apa itu salah ?"
Ibunya cuma tersenyum sedikit.

"Ayah menikah lagi."

"Ayahmu bekerja.." ujar ibunya.

Setelah bercerai dengan ibunya mereka pindah   ke Jakarta, ayahnya kawin lagi dengan Ramadhana atau Mak Dona  janda beranak satu. Itu sudah 7 tahun yang lalu dan Chairil sudah dewasa dan menjadi penyair.

Ayahnya juga sudah punya anak dan Chairil Anwar sudah punya saudara sekarang.   Saudara tiri Perempuan. Mungkin tiga orang dan mungkin  ada lagi nanti.

"Apa yang kamu lakukan diluar?" Tanya ibunya.

"Aku menulis, itu yang dapat kulakukan sekarang, " terang Chairil. 

" Menulis seperti Hamka atau siapa itu, Abdul Muis?"

" Ibu tahu juga, mereka adalah pujangga baru. Aku lebih banyak puisi.." jawab Chairil.

"Sekolah kamu?"

"Aku belajar banyak bahasa, agar dapat membaca buku penulis lain dari luar. " jawab Chairil. 

Di Jakarta masuk lagi MULO karena di Medan cuma sampai kelas dua. 

Setelah itu, Chairil Anwar belajar sendiri (autodidak).  Belajar bahasa Belanda, bahasa Inggris, dan bahasa Jerman, mempelajari sastra yang ditulis dalam bahasa asing.

Dia mendapat uang dari hasil menulis sajak. Setiap orang punya cara untuk menyatakan cintanya kepada ibu. Chairil menulis puisi untuk menggambarkan cintanya kepada ibu..

 " Ibu"

Pernah aku di tegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai

Ibu . . . . .


Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah

Ibu . . . . .

Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat

Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
dan bila aku mencapai kejayan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan

Namun . . . . .
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu....

Ibu . . . . .

Aku sayang padamu....
Tuhanku....
Aku bermohon padaMu
Sejahterahkanlah dia
Selamanya.....

(Chairil Anwar)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun