Setelah itu, Chairil Anwar belajar sendiri (autodidak). Â Belajar bahasa Belanda, bahasa Inggris, dan bahasa Jerman, mempelajari sastra yang ditulis dalam bahasa asing.
Dia mendapat uang dari hasil menulis sajak. Setiap orang punya cara untuk menyatakan cintanya kepada ibu. Chairil menulis puisi untuk menggambarkan cintanya kepada ibu..
 " Ibu"
Pernah aku di tegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu . . . . .
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu . . . . .
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
dan bila aku mencapai kejayan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun . . . . .
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu....
Ibu . . . . .
Aku sayang padamu....
Tuhanku....
Aku bermohon padaMu
Sejahterahkanlah dia
Selamanya.....
(Chairil Anwar)