Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Chairil Anwar, "Si Aku Binatang Jalang "

2 Agustus 2022   13:22 Diperbarui: 9 Agustus 2022   21:47 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Chairil Anwar dan sebuah grafiti. (foto: grid.id, solo.tribunnews.com)

Cerpen semi biografi. (1)

Anak muda itu bernama Chairil Anwar. Dia duduk ditangga depan rumahnya yang besar di Medan.

" Chairil, bantu emak ini.." ibunya Saleha berteriak dari dalam.

 Chairil cuma melirik sedikit.

"Lagi malas, pekerjaan emak emak," kata Chairil.

Ibunya tidak lagi memanggil. Biasa, anak tunggal dan manja. Putra satu satunya dari ibu Saleha dan ayah yang bernama Toeloes.

Tak berapa lama Saleha melihat keluar dan Chairil sudah tidak tampak lagi.

Pasti bermain dengan teman sesama besarnya. Kota itu adalah Kota yang cukup ramai. 

Ibunya Saleha dan ayahnya sering bertengkar, sementara Chairil  anak bandel dan  keras kepala.

"Kapan kamu mau patuh kepada emak ?" Tanya Saleha ketika siangnya Chairil Anwar pulang.


"Mak selalu bertengkar dengan ayah," kata Chairil meneruskan makan siang. 


"Jadi kalau tidak bertengkar kamu mau patuh pada mak?" 

Chairil cuma tertawa kecil.  Emaknya  tersenyum saja. 

Mungkin salah ayahnya, dia tidak lagi punya anak. Seharusnya dia punya adik perempuan agar rumah besar itu tidak sepi. 

Chairil Anwar  lahir di Medan tanggal 26 Juli 1922 adalah satu satunya anak mereka.


"Kalau ayah dan ibu bercerai kamu mau ikut mak? " Tanya ibunya.

"Kemana?" Tanya Chairil.

"Payakumbuh, tempat kita berasal."

"Aku lahir di Medan," jawab Chairil.

"Tapi kampung kita disana, di Minangkabau."

"Ndak.., " jawab Chairil.

"Ada saudara ibu disana, Syahrir dan banyak lagi"


"Tidak kenal," jawab Chairil.

"Baiklah, Emak akan pindah ke Batavia. Emak juga punya saudara disana."

"Apakah mak benar benar akan bercerai dengan ayah?" Tanya Chairil. 

Ibunya tidak menjawab apa apa, hanya tersenyum pahit. 

Lalu setelah selesai makan Chairil berkata.


"Malam nanti aku tidak pulang," Chairil berlari keluar.

***

Akhirnya seperti yang dikhawatirkan ayah dan ibunya bercerai. 

Ibunya cuma dapat mengingat ayah Chairil suaminya.

Jabatan terakhir sang ayah yaitu bupati Indragiri di Riau.

Di Medan Chairil sudah menamatkan  pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) atau  sekolah dasar.

Kemudian, iMeer Uitgebreid Lager Onderwijs/MULO atau SMP.

Pada saat usianya mencapai 18 tahun, ia tidak lagi kanak kanak. Bersama ibunya pindah ke  Jakarta. Disana dia berkenalan dengan dunia sastra.

Chairil mengingat rumah besarnya di Medan. Rumah Chairil dalam puisi. 

Rumahku (penggalan puisi)

Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampak
Kulari dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan. .......,

Kemah kudirikan ketika senjakala
Di pagi terbang entah ke mana
Rumahku dari unggun-timbun sajak......,

Chairil Anwar penyair  menulis di Jakarta 1945

bersambung, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun