Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ben dan Kisah Besarnya (12)

2 Agustus 2022   10:17 Diperbarui: 2 Agustus 2022   10:23 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ben bertekad untuk pergi dari Boston dengan kapal laut: Foto dan ilustrasi autochearchives.org

Cerita berbentuk seminovel biografi berdasarkan sejarah Amerika Serikat (12)

Pertengkaran kedua saudara itu James Franklin dan Ben Franklin mencapai puncaknya ketika Ben mengemasi barangnya dan pergi.

"Pergi saja, "teriak James tidak peduli.

Ben mengatupkan gigi dengan amarah yang ditahan.

Ia pulang kerumah.
Ayahnya melihat Ben pulang dengan segala barang bawaan.

"Mengapa pulang? Bukankah kamu bekerja dan disediakan rumah oleh kakakmu?"

"Aku berhenti," jawab Ben masih dengan kesal. Ia tidak menceritakan bagaimana dia bertengkar dan diberhentikan oleh kakaknya.

Ayahnya tanpa periksa mulai marah
"Kamu memang suka seenaknya, Kapan kamu serius dan menekuni sesuatu?

"Aku serius bekerja," kata Ben.
Ayahnya tidak percaya.
Lalu ayahnya terus marah marah menyalahkan Ben.
"Kamu harus patuh apa yang diperintahkan kakakmu. Kalau tidak, kamu tidak akan pernah berhasil."

"Aku akan berhasil dengan caraku sendiri," Ben menjadi tidak puas.

Ben pergi keluar dengan kesal. James dan kini ayahnya menyalahkannya. Diluar dia akan merasa nyaman. 


Dipelabuhan , Kapal Inggris dan dari Eropa berdatangan.  Dari Perancis juga. Dengan layar besar dan kukuh.

Ben berpikir untuk pergi dari Boston, tiba tiba saja dia ingin ke New York.

Ia bertemu dengan sahabatnya Jhon Collins dipelabuhan. Mereka bercerita.

"Kakakmu memang salah, tapi apa kamu punya cukup uang untuk pergi?" Tanya Collin.

"Mungkin ada, tidak banyak" 

"Kamu harus minta gaji,tuntut juga pesangon baru  pergi," saran Collin.

"Tidak ada waktuku, berjumpapun aku tidak mau," jawab Ben.

"Apakah kamu betul mau pergi?" Temannya Jhon Collins tidak yakin.
"Iya, aku akan menulis surat kepadamu kalau sudah sampai. Tapi tidak boleh ayah atau siapapun tahu."

"Aku tidak akan memberitahu mereka "
Jhon Collins setuju. Dia adalah sahabat kecilnya yang punya pendidikan cukup tinggi.  Tidak seperti Ben yang cuma dua tahun di sekolah dasar.

"Beritahu aku, kalau ada yang menarik di New York, aku juga akan pergi," kata Collins .

Ben  sudah yakin akan  pergi. Dia tidak akan minta izin kepada ayahnya karena pasti tidak diizinkan.

Dia menemukan kapal ikan yang akan berlayar ke New York.
"'Izinkan aku bekerja dikapal ini." Kata Ben.

Pemilik kapal melihat anak muda itu dengan penuh perhatian. Lalu meneruskan pekerjaan menyusun tali temali.

"Kami tidak menerima pekerja, apalagi anak muda kurus seperti kamu." Jawab pemilik kapal tidak acuh.

Ben tidak putus semangat.

"Kemana kapal ini pergi?"
"New York," kata pemilik kapal.
"Aku mau ke New York, aku bisa bantu bantu dan tidak perlu digaji."
"Kamu yakin?"
"Tentu, bantulah aku."
"Tidak digaji?"
"Hanya setelah sampai di New York!" Jawab Ben.

"Baiklah, kamu harus mematuhi tatatertib dikapal ini "
"Aku setuju." Ujar Ben. Pemilik kapal menyelesaikan pekerjaanya sambil berkata.

"Besok, pagi pagi sekali kita berangkat, kalau terlambat ditinggal.."
"Aku akan datang lebih pagi, " janji Ben.

Ben tanpa tahu ayahnya mempersiapkan perjalanan dimalam itu. Dengan sedikit uang dan pakaian.

Cerita lanjut ke 13

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun