James Franklin kakaknya tidak suka dihadapkan pada kenyataan bahwa Ben Franklin adiknya yang kecil  bukan lagi seorang pesuruh tapi penulis yang mahir dan disukai orang.
Dia merasa tersaingi. Dia tidak peduli bahwa sebenarnya itu juga sebuah keuntungan.
Penulis yang brilian, yang artikelnya menghiasi korannya, dan dia sendiri membuat iklan untuk saudaranya Ben untuk menjadi terkenal. James Franklin yang egois tidak mau itu terjadi.
Sejak kejadian itu, tanpa alasan James  bisa menggerutu sepanjang hari. Dia memperlihatkan wajah tidak sedap setiap melihat Ben.
Pertengkaran diantara dua saudara itu semakin meningkat. James selalu mencari alasan menyalahkan Ben.
"Kamu menulis tapi pekerjaan di percetakan sering kamu abaikan,"
tegur James.
"Tidak juga, pekerjaan cetak dan semuanya beres, lagi pula aku menulis juga untuk koran ini."
"Jadi kamu merasa sudah berhasil iya? Merasa pintar? Kamu tahu bahwa kamu jadi tidak disiplin. "
" Brother James, Â kamu berlebih lebihan, Â aku bekerja keras dan menulis adalah sampingan."
"Aku tak perlu tulisanmu, aku cuma tahu kamu melanggar perintah yang tertulis.
"Sampai sejauh itu..?"
"Ingat, kamu berbohong. Tidak boleh berbohong..."
"Itu pendapatmu  James ?"
"Iya," kata James galak.
"Kamu dipecat, kesalahan kamu terlalu berat, tahu?"
"Kamu memecat adikmu?" Ben bertanya  tidak percaya.