Ben berjanji, seperti yang  dikatakan dalam teks perjanjian, "untuk bekerja, menjaga rahasia, patuh kepada perintah, tidak merusak atau merampas barang miliknya, jangan membeli atau membuat sesuatu tanpa izin, jangan  pergi ke bar, dan pub, jangan bermain kartu, dadu, dan permainan terlarang lainnya.
Semuanya itu tertulis dalam perjanjian.
"Jadi itu peraturan kamu James?" Tanya Ben melihat banyak aturan.
"Ada lagi," James melanjutkan.
"Jangan pergi tanpa izin aku, kudengar kamu suka nakal."
Peraturan kamu sangat banyak, " kata Ben.
"Itu sesuai dengan imbalannya, "kata James pula .
"Saya akan melatih kamu dalam
ilmu percetakan dan gaji, makan, minum, perlengkapan selama bekerja juga tempat tinggal." Kata James.
"Ada lagi?" Tanya Ben mengejek.
James tidak senang dengan sikap Ben.
"Iya,"teriak nya dengan suara sedikit membentak.
Ben mengangkat dagu.Â
"Jangan banyak tanya, tahu?
 "Baiklah,," ujar Ben melihat ketidak senangan kakaknya .Â
Ben setuju, dia masuk magang bukan untuk orang asing, tetapi untuk saudaranya.
Saudara itu menggunakan aturan bermacam macam. Tapi Ben senang diizinkannya pulang setiap minggu, dan membaca.Â
Produksi percetakan pada waktu itu berada pada tingkat perkembangan yang sangat rendah, terutama di Amerika yang hanya memiliki beberapa percetakan.
Mesin cetak primitif sering rusak, tidak ada suku cadang dan perlengkapan. Hanya mekanik yang handal dapat memperbaiki peralatan kalau rusak.
Di sini Ben Franklin sangat berguna sebagai mekanik. Kemampuan untuk memperbaiki dan bakatnya membuat dia menjadi pekerja yang baik. Itu didapatnya dari magangnya terdahulu, bersama gurunya Samuel Franklin.
Dia secara mandiri memperbaiki peralatan, membuat perbaikan dalam teknik pencetakan, bahkan belajar bagaimana membuat font baru sendiri dalam waktu yang sangat singkat. James melihat bakat adiknya  dengan iri.
Pekerjaan yang dilakukan dengan baik memperkuat kepercayaan diri, memunculkan keinginan untuk bekerja dengan ketekunan yang lebih besar.
Dan yang paling penting, Ben Franklin mendapat kesempatan untuk membaca banyak buku dan punya uang cukup membeli buku baru .
Di rumah ketika pulang setelah, seluruh keluarga pergi tidur, tidak ada yang mengganggunya untuk membaca buku, kadang-kadang sepanjang malam.
"Hei, kutu buku," ejek saudara perempuannya Marry.
"Jangan ganggu," teriak Ben Franklin.
Marry tertawa cekikikan dan mengambil buku Ben.
"Tidak ada novel cinta," ujar Marry kecewa.
'"Ada, perjalanan. Ada sedikit kisah cintanya."
"Tidak asyik, " kata Marry nyengir dan berlalu.
Setelah percetakan buku, kakaknya James memiliki ide lain.
"Aku akan menerbitkan surat kabar disini, seperti di Inggris banyak penerbitan koran."
"Aku suka, tapi apa penduduk disini suka baca seperti di Inggris?"
"Kita akan coba!" Jawab kakaknya.
James Franklin mulai menerbitkan Boston Gazette dan hanya untuk permulaan mencetak beberapa puluh eksemplar edisi setiap hari.
Penerbitan surat kabar ini merupakan peristiwa yang cukup besar dalam sejarah jurnalisme di Boston adalah surat kabar kedua Amerika daerah jajahan inggris.
Bersambung (10)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H