Mengenang sejenak
Konfrontasi Indonesia-Malaysia, tahun 1963 hingga 1966 .
Rencana Malaysia pada bulan Mei 1961 menggabungkan koloni-koloni negeri Melayu seperti Malaya, Singapura, Sabah , Sarawak dan Brunei mendapat tantangan keras dari Indonesia. Selama hari-hari terakhir perselisihan memuncak dan Indonesia mulai terlibat dalam serangan, sabotase, dan upaya subversi di Sarawak dan Sabah.
Pada Mei 1963, Presiden Sukarno dan Tunku Abdul Rahman mengadakan pembicaraan dan sepakat bahwa plebisit akan diadakan sebelum Federasi dibentuk. Sukarno setuju bahwa Indonesia tidak akan menghalangi jika rakyat Kalimantan Utara mendukung Federasi.
Namun, Tunku menandatangani Perjanjian London pada 9 Juli 1963, di mana ditetapkan bahwa Federasi Malaysia akan dibentuk pada 31 Agustus 1963.
Indonesia melihatnya sebagai pelanggaran terhadap komitmen mereka, meski setelah itu Brunei memutuskan untuk tidak bergabung dengan federasi Malaysia.
Sebagai tanggapan atas hal tersebut, pada tabggal 25 September 1963, Presiden Sukarno mengumumkankampanye ganyang Malaysia atau “Hancurkan Malaysia”
Konfrontasi meningkat dan semakin panas ketika Indonesia membuka serangan militer dilintas batas Sabah dan Sarawak.
Indonesia juga memulai serangan di Singapura dan Semenanjung Malaysia.
Gurkha dan pasukan Persemakmuran (Inggris) serta batalyon Melayu, melancarkan serangan terhadap pasukan Indonesia. Masa masa sulit bagi kedua negara.
Berakhirnya Konfrontasi bulan Maret 1966 ketika kekuasan diambil alih oleh Jenderal Suharto karena adanya peristiwa g30s di Indonesia.
Konfrontasi Indonesia dan Malaysia berakhir pada tanggal 11 Agustus 1966
Sebelumnya usaha damai antara Tunku Abdulrachman dan Presiden Sukarno pernah dilakukan oleh berbagai pihak.
Salah satunya di Tokyo dan Jepang berinstiatif sebagai juru runding.
Ada cerita yang kita kutip dari sebuah berita online Malaysia
yaitu ketika Tunku Abdulrachman jalan berdampingan setelah keluar dari perundingan.
Tunku Abdul Rahman dan Sukarno keluar dari dewan diserbu para wartawan.
Mungkin kerana geram didesak beberapa kali, Tunku Abdul Rahman akhirnya "bercarut" dalam bahasa Melayu kepada wartawan.
Sukarno tertawa, dan Tunku Abdul Rahman juga tertawa. Apa yang mereka tertawakan?
Ketawa keduanya makin hebat ketika seorang wartawan bertanya, “ apa arti ucapan Tunku?” dan disambut dengan jawapan Tunku Abdul Rahman, “... something smell like cheese.”( sesuatu seperti bau keju)
Makin keras pula ketawa Presiden Sukarno. Tunku sebenarnya mengeluarkan makian nama hewan
‘babi’ menggambarkan perasaan jengkelnya kepada wartawan waktu itu.
Babi adalah perkataan paling kotor, yang digunakan orang Malaysia.
Di Indonesia perkataan paling kotor adalah ‘anjing’ dan kini singkatannya ‘njir’, ‘anjay’, ‘njer’.
Namun Korea Utara dan Barat menggunakan perkataan anjing dan babi sebagai satu ekspresi yang menunjukkan "kelucuan" atau bentuk "menggemaskan" dari sesuatu atau seorang.
Lain Padang Lain Belalang....
Kini Malaysia adalah tetangga Indonesia yang paling dekat dan akrab.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI