“.... harus berhati-hati, mulai sedikit demi sedikit, karena tidak semua bereaksi sama terhadap ganja,” katanya kepada kantor berita BenarNews.
Sudah banyak diketahui bahwa, ganja dapat menyebabkan mengantuk, agresif dan paranoia.
“Seorang anak laki-laki berusia 15 tahun sedang mabuk, halusinasi dan mencoba menusuk orang lain, dan orang tuanya mengirimnya ke rumah sakit.
Legalisasi yang sembarangan, dikhawatirkan para ahli akan berdampak buruk.
Jika akan digunakan, hanya untuk tujuan medis "harus" di bawah pengawasan dokter, tidak boleh digunakan dalam makanan dan minuman.
Tapi Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand Anutin Charnvirakul malahan membela kebijakannya.
“.... .untuk menyembuhkan stres, [dan] insomnia,” kata Anutin Menkes.
Ganja memang tumbuh subur di daerah tropis, mungkin Thailand berharap mendulang devisa dari ganja. Apalagi PBB telah menghapus ganja sebagai obat terlarang.
Selama pertemuan parlemen pada bulan Juni, Anutin mengatakan dia berharap perubahan itu dapat menguntungkan petani di pasar ganja medis, yang mencapai 7,2 miliar baht (US$199 juta) pada tahun 2021, sementara pasar global diperkirakan sebesar 3,5 triliun baht ($97 miliar) pada tahun 2024.
Apa dampak lain dari legalisasi ganja Thailand?
Turis Brasil, Alberto Sampaio Gressler, 25, ditangkap pada 28 Juni lalu di Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali karena membawa ganja dari Thailand.
Ganja terlarang di Indonesia masuk narkotika golongan 1 sama dengan heroin, kokain, morfin, dan opium.