Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Ben dan Kisah Besarnya (6)

20 Juni 2022   11:37 Diperbarui: 20 Juni 2022   11:46 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 gambar: dok/desygner

Novel : Ben dan Kisah Besarnya (6)

Ini bukan hanya jalan-jalan yang menarik, tetapi juga jalan-jalan yang sangat berguna.

Ben mengawasi pekerjaan pengrajin dan dirinya sendiri mendapat kesempatan untuk bekerja di mesin bubut. Selama beberapa hari dia bekerja di pabrik batu bata dan di lain hari dibengkel serta tempat lain menarik hati Ben. Ia dapat belajar banyak menemukan kepandaian baru.

Nanti itu sangat berguna baginya. Ketika Ben Franklin memulai eksperimen ilmiahnya, dia mampu membuat sendiri dengan banyak instrumen yang diperlukan untuk ini.

"Kamu suka pekerjaan seperti itu," tanya ayahnya.
"Pekerjaan yang menantang," ujar Ben.
"Saya bisa bereksperimen agar mesin lebih mudah bekerja. "
Ayahnya tertawa. Dia menganggap perkataan Ben hanya isapan jempol. Seorang kanak-kanak yang ingin bermain.

Ayahnya memberi kesempatan untuk mengenal pekerjaan tukang kayu, tukang batu, tukang bubut, tukang tembaga, dan pengrajin lainnya dibeberapa tempat.

Di sebuah kota kecil, banyak yang mengenal satu sama lain dengan baik, dan para pengrajin dengan hangat menyambut Jos Franklin.

Ayahnya sangat  dihormati penduduk Boston.

Ben mengawasi pekerjaan pengrajin dan dirinya sendiri mendapat kesempatan untuk bekerja di mesin bubut, selama beberapa hari dia bekerja di pabrik batu bata dan di bengkel.

Nanti itu sangat berguna baginya. Ketika Franklin memulai eksperimen ilmiahnya, dia mampu membuat sendiri banyak instrumen yang diperlukan untuk ini.

"Kamu suka pekerjaan seperti itu," tanya ayahnya.
"Pekerjaan yang menantang," ujar Ben.
"Saya bisa bereksperimen agar mesin lebih mudah bekerja. "
Ayahnya tertawa. Dia menganggap perkataan Ben hanya isapan jempol. Seorang kanak-kanak yang ingin bermain.

***

Didekat tempat mereka dihutan sering tampak orang Indian.
"Ayo Louis, kita melihat orang indian,"  ajak Ben.
"Tidak mau, mereka sering tidak bersahabat."
"Siapa bilang, aku berteman dengan mereka. Namanya Yonimo."
"Apa kamu bisa bahasa mereka."
" Bahasa isyarat." Kata Ben pula. Ia selalu tertarik dengan alam sekitarnya. Juga dengan teman barunya Yonimo.

Louis tidak mau, jadi Peter yang menemani Ben melihat dan bersahabat dengan orang indian.

Orang Indian Navayo menatap dengan curiga, tapi karena anak anak mereka membiarkan saja.

Orang indian hidup di tenda yang diistilahkan dengan tepee yang  terbuat dari kulit bison yang diregangkan.

Kerangka kayu yang mudah dipasang diatasnya ada penutup yang bisa dibuka agar asap dari api unggun bisa keluar.
"Apa bahasa mereka jika berkomunikasi?" Tanya Louis.
"Tentu dengan bahasa mereka, banyak bahasa indian dan mereka berbeda bahasa, tapi mereka punya bahasa isyarat yang cuma mereka yang mengerti," ujar Ben.
"Kamu sok tahu," Peter mentertawakan.

"Mereka adalah teman kalau tidak diganggu, tapi bisa perang," bisik Louis.

"Kuda mereka kuat dan cantik," bisik Ben melihat kuda Indian.

Mereka memperhatikan suku Indian memakai busur dan anak panah, pisau, serta pentung, tombak, sebagai senjata.

Banyak pula yang membawa tomahawk yaitu sejenis kapak besar untuk membunuh.
"Bagaimana mereka menggunakan?"
"Tanya Yonimo," bisik Ben.
Yonimo menunjukan keahliannya. Anak kecil itu pandai menggunakan kapak.

Lelaki berumur 12 tahun itu menggerakkan tangan. Mereka ternganga ketika kapak itu berpindah dari satu tangan ketangan lain. Kemudian dengan suatu teriakan melempar dan tertancap dengan dalam di pohon.
Peter ngeri melihat kapak yang tajam itu.

Ben menunjuk ke tombak atau tomahawk.  Yonimo menggeleng dan mengatakan kalau sudah dewasa baru boleh menggunakan.
Ketika anak itu bermain bersama dan berkenalan erat.

Cerita sebelumnya, 

 "Novel: Ben dan Cita-Cita Besarnya (5)" 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun