Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Ben dan Cita-Cita Besarnya (5)

19 Juni 2022   08:38 Diperbarui: 19 Juni 2022   08:52 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Dok  desygner. Novel Semi Biographi : Ben Dan Cita Cita Besarnya (5) 

Cerita sebelumnya: Novel: Ben dan Kisah Besarnya (4)

Novel Semi Biographi: Ben Dan Cita Cita Besarnya.

Ben selalu terpesona dengan laut. Seorang anak laki-laki yang ingin tahu memimpikan negara-negara yang jauh, itu  menggoda hati Ben. Bagaimana rasanya melihat dunia luar yang berbeda dengan Boston. Seperti apa kota kota yang lain.

Ben ingin  melakukan perjalanan keluar dari Boston. Mungkin perjalanan itu penuh bahaya karena, hamparan laut dan samudera tak ada batasnya. 


Orang Inggris adalah penjelajah. Mereka menguasai sampai kepelosok dunia. Ben adalah pria Inggris.


"Ayo , kita berenang, " ajak Fredd.
"Mari, kita bermain dilaut. " Kata Winston pula.


Ben mengajak semua anak main kelaut. Ombak pantai Boston tidak begitu besar. Bermain main dengan ombak menyenangkan.

"Awas, Ben . Jhon belum pandai berenang," kata Winston.

Ben melihat Jhon temannya yang agak kecil takut dilaut.


"Aku akan ajari kamu, anak pantai harus pandai berenang," Ben membesarkan hati Jhon.
"Aku akan digulung ombak, " Jhon masih takut.
"Itu mudah," Ben memberi pelajaran  
"Kalau ombak memecah dekat kita, segera menyelam dan ombak tidak akan  menyeret kita."

",Baiklah, " jawab Jhon. Ia mengikuti petunjuk Ben cara berenang dilaut.

Ben bersama anak anak bermain dengan asyik di pantai.

Seperti semua anak laki-laki di kota pesisir, Ben menghabiskan sebagian besar waktu luangnya di laut.  

Tidak ada orang yang bisa menyamai Ben dalam kecepatan berenang dan menyelam.

Benjamin juga adalah ahli dayung dan layar perahu yang sangat baik. Sepanjang hidupnya, dia mempertahankan cintanya pada laut.

Sejak  di masa kanak-kanak, Ben Franklin menunjukkan kecenderungannya yang besar untuk penemuan.

Teman-temannya sangat terkejut ketika suatu hari Ben datang dilaut dengan papan kecil yang dibuat sesuai tangan dan kaki.

Mengenakan sirip buatan sendiri, dia berenang dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga semua tidak percaya bahwa ini bisa dicapai dengan alat yang begitu sederhana.

Lain waktu Ben datang ke laut dengan layang-layang besar yang dibuatnya sendiri.
Ia  menunggu angin yang menguntungkan, lalu meluncurkan layang-layang, memasuki air, membalikkan punggungnya dan, memegang tali dengan kedua tangan, berenang  di bawah layar ditarik angin.

Ini menyebabkan keheranan dan kegembiraan banyak orang, seorang anak bereksperimen menemukan hal baru.

Ben suka dengan sesuatu pengalaman yang menantang. 

Ben benci pembuatan sabun dan produksi lilin lemak, pekerjaan yang monoton dan membosankan. 

Orang tua Ben sampai pada kesimpulan bahwa perlu menemukan sesuatu yang disukai Ben.


"Baiklah Ben, kita bisa belajar sendiri. Semua orang bisa belajar dan tidak melulu dibangku sekolah saja," ujar ayahnya.


"Aku akan melihat  kamu suka pekerjaan apa," kata ayahnya.

Ayah mulai bersikap lunak kepada Ben. Mungkin ada perasaan bersalah, anaknya yang pintar seperti Ben tapi tidak sekolah.
Pembicaraan kecil ayah cukup berkenan dalam pikiran Ben. Jika ia tidak sekolah, Ben juga bisa belajar sendiri.

Sebenarnya Jos Franklin takut.
Pada suatu hari Ben akan pergi  seperti kakak laki-lakinya, melarikan diri jadi pelaut.

Jos Franklin menunjukkan kebijaksanaan seorang pendidik sejati dalam menangani masalah yang sulit ini.

Mengingat pengalaman sedih Benjamin selama dua tahun bekerja sebagai asistennya, dia takut bahwa memaksa putranya untuk membantunya setiap hari , dapat menyebabkan dia enggan membuat kerajinan baru.

Ayahnya mulai mengajak Ben berjalan-jalan dan memberinya kesempatan untuk mengenal pekerjaan lain.  

Seperti tukang kayu, tukang batu, tukang bubut, tukang tembaga, dan pengrajin lainnya.

Di sebuah kota kecil, banyak yang mengenal satu sama lain dengan baik, dan para pengrajin dengan hangat menyambut Jos Franklin.

Ayahnya sangat  dihormati penduduk Boston. Ayahnya membawa jalan jalan mengunjungi teman-temannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun