Ben benci pembuatan sabun dan produksi lilin lemak, pekerjaan yang monoton dan membosankan.Â
Orang tua Ben sampai pada kesimpulan bahwa perlu menemukan sesuatu yang disukai Ben.
"Baiklah Ben, kita bisa belajar sendiri. Semua orang bisa belajar dan tidak melulu dibangku sekolah saja," ujar ayahnya.
"Aku akan melihat  kamu suka pekerjaan apa," kata ayahnya.
Ayah mulai bersikap lunak kepada Ben. Mungkin ada perasaan bersalah, anaknya yang pintar seperti Ben tapi tidak sekolah.
Pembicaraan kecil ayah cukup berkenan dalam pikiran Ben. Jika ia tidak sekolah, Ben juga bisa belajar sendiri.
Sebenarnya Jos Franklin takut.
Pada suatu hari Ben akan pergi  seperti kakak laki-lakinya, melarikan diri jadi pelaut.
Jos Franklin menunjukkan kebijaksanaan seorang pendidik sejati dalam menangani masalah yang sulit ini.
Mengingat pengalaman sedih Benjamin selama dua tahun bekerja sebagai asistennya, dia takut bahwa memaksa putranya untuk membantunya setiap hari , dapat menyebabkan dia enggan membuat kerajinan baru.
Ayahnya mulai mengajak Ben berjalan-jalan dan memberinya kesempatan untuk mengenal pekerjaan lain. Â
Seperti tukang kayu, tukang batu, tukang bubut, tukang tembaga, dan pengrajin lainnya.
Di sebuah kota kecil, banyak yang mengenal satu sama lain dengan baik, dan para pengrajin dengan hangat menyambut Jos Franklin.