Setelah Sri Lanka bankrup , krisis ekonomi di Bengladesh kini Pakistan mengikuti dengan terjadinya krisis dinegara berpenduduk lebih dari 200 juta orang itu.
Mungkin aneh, Pakistan meminta rakyatnya mengurangi minum teh.
Nyatanya Pakistan adalah salah satu pengimpor teh terbesar di dunia. Hal ini karena teh adalah minuman yang populer di kalangan orang miskin dan kaya.
Karena kebiasaan itu, Pakistan menghabiskan sekitar $600 juta dari cadangan devisa bank sentral untuk impor teh setiap tahunnya.
Rata-rata setiap orang Pakistan minum setidak tidaknya tiga cangkir teh per hari diminta dikurangi jadi satu atau dua saja.
Perdana Menteri Shahbaz Sharif, yang menjabat pada bulan April, setelah penggulingan Imran Khan dalam mosi tidak percaya di parlemen, berjanji untuk memperbaiki ekonomi yang sakit.
Ia akan memenuhi persyaratan Dana Moneter Internasional, dalam upaya untuk menghidupkan kembali meminjam ke IMF.
Namun permintaan Menteri Perencanaan Ahsan Iqbal untuk mengurangi minum teh, mengejutkan banyak pihak.
“Saya mengimbau masyarakat untuk mengurangi minum teh setiap hari karena kami juga meminjam uang untuk teh yang diimpor,” katanya dalam konferensi pers, Selasa.
Pemerintah sejauh ini telah menaikkan harga bahan bakar, gas alam dan listrik sebanyak 45 persen. DI Pakistan juga terjadi naiknya harga pangan secara tajam.
Dan minggu lalu, pemerintah Sharif mempresentasikan anggaran pertamanya kepada Parlemen, menaikkan pajak atas orang kaya,
Pemerintah berjanji untuk mencabut subsidi energi dan bahan bakar atas permintaan IMF.
Cadangan devisa negara ini telah menurun dengan tajam dari $16,3 miliar pada akhir Februari menjadi hanya $10 miliar pada Mei, menurut Reuters.
Pemerintah baru Pakistan, mengalokasikan lebih dari 40% untuk pembayaran utang.
Hutang Pakistan sekitar $128 miliar dan Perdana Menteri Shahbaz Sharif menyalahkan kesengsaraan ekonomi negara itu pada pendahulunya Imran Khan.
Pakistan telah menghabiskan
Anggaran baru 1,523 triliun rupee untuk pertahanan. Itu telah dialokasikan dalam jumlah besar karena ketegangan mengimbangi India.
Menurut economictimes, Pakistan juga adalah salah satu dari lima puluh dua negara yang menghadapi krisis utang yang parah.
Laporan mengatakan bahwa tingkat hutang yang tinggi telah membuat Pakistan lebih rentan terhadap guncangan ekonomi dan melemahkannya secara politis. Bisakah Pakistan pulih dari krisis atau akan menimbulkan gejolak baru masih akan dilihat untuk kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H