Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Ben dan Kisah Besarnya (4)

10 Juni 2022   16:03 Diperbarui: 10 Juni 2022   16:36 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ben bermain masa kecil. Foto/ill : Posterazy.com

(Benyamin Franklin terkenal dengan eksperimen listrik ,penemu penangkal petir, bifokal, dan odometer kereta, negarawan. Dia tidak pernah mematenkan proyeknya, sehingga orang lain dapat membangun idenya.)

Novel: Ben dan Kisah Besarnya (4)

Tak ingin bersaing dengan ayahnya, John pergi ke Rhode Island untuk memulai bisnis baru di sana. Jos Franklin  kehilangan  asisten, dan ini menentukan nasib Benyamin.

William tinggal dikota terdekat dan jarang pulang.
Pendidikan di sekolah baru tidak berlangsung lama. Ketika Ben Franklin berumur sepuluh tahun, ayahnya membawanya keluar dari institusi pendidikan ini.

"Apa boleh buat Ben, engkau harus bantu aku."
"Tapi aku ingin sekolah."
"Tidak ada sekolah', kuajarkan kau berbagai ketrampilan."
Ben kecil sedih harus meninggalkan sekolah dan menjadi asisten ayahnya.

Tugas asisten ayah sebenarnya tidaklah sulit. Dia harus memotong sumbu, mengisi cetakan untuk lilin yang keluar, meletakkan lilin yang sudah jadi di dalam kotak, membantu di toko, pergi mengantarkan barang ke pelanggan.

Sang ayah melihat keengganan putranya untuk bekerja di pabrik sabun membantunya.
"Kamu tidak suka dengan pekerjaan kamu?"  Tegur ayahnya.
"Aku cuma bosan," jawab Ben.
"Kamu ingin bermain? Iya sudah, pergi bermain dengan temanmu."
"Betul ayah?" Tanya Ben. 

Ayahnya mengerutkan   dahi.
"Tapi harus juga membantu ayah, ada waktu bermain dan bekerja.  Kamu mengerti?" Tanya ayahnya.
"Baiklah ayah," jawab Ben.

Ben sangat suka bermain. Dia bisa pergi seharian dan lupa waktu sampai tidak pulang.

Tapi pekerjaan banyak, ia selalu  bermain kucing kucingan dengan ayah. Ben kecil menghindari.
Ayahnya jadi bosan menegur terus menerus.
Jadi ayahnya mengalah, berusaha untuk tidak membebani dia dengan pekerjaan.
Dia tidak ingin menghilangkan kegembiraan anak itu untuk bermain dengan teman sebayanya dari permainan anak-anak.

Selain itu, dalam semua kesenangan anak-anak, Ben selalu menjadi pemimpin.

Suatu ketika, sekelompok anak laki-laki yang dipimpin oleh Ben menggunakan batu yang disiapkan untuk membangun rumah sebagai bahan pembangunan.

Dermaga, tempat mereka bisa memancing ikan kecil dengan mudah menjadi sasaran. Batunya dipecah dan diambil. Dermaganya rusak berat.Dermaga itu dibangun, dengan cukup kokoh oleh ayahnya Jos Franklin
Tempat itu berubah menjadi berantakan ketika Ben dan kawan kawannya mengotak atik mengambil batu  dermaga yang sudah disemen.

Ayahnya marah dan Ben tidak bertegur sapa dengan ayahnya sebulan. Ia dipukul dengan ikat pinggang sampai punggungnya lecet.

Ben juga dihukum cukup berat.
"Kamu dan teman kamu nakal dan merusak."
"Maaf ayah." Jawab Ben Franklin.
 Kemarahan ayah cukup menakutkan.
Ben mencari permainan baru.

"Aku bermain dilaut saja," Pikir Ben.
Sekarang, Ben lebih sering main dan mandi dilaut.

Sejak kecil, Benjamin tertarik ke laut.
"Nantinya aku jadi pelaut, aku pergi ke Inggris. Orang Inggris adalah pelaut. Mereka menguasai dunia ," katanya bangga.

Joseph kakak Ben lari dari rumah. Anak lekaki Jos Franklin yang sudah remaja itu ingin  menjadi pelaut. Ayahnya tidak mengizinkan.
Ia  menjadi seorang pelaut di kapal dagang. Lalu berlayar entah kemana. Dia tidak pernah memberi kabar.

Ayahnya terpukul dengan sikap Joseph itu.
"Kamu jangan ikut seperti Joseph." Kata ayahnya. Ben hanya diam saja, "Apa salahnya jadi pelaut?" Pikir Ben.
"Pikirkan sendiri," teriak ayahnya.

Ayahnya memerhatikan Ben.
Orangtuanya juga sangat takut bahwa Ben akan mengikuti jejak kakak laki-lakinya dan melakukan segala kemungkinan untuk mencegahnya.
Ada beberapa larangan bagi Ben.

"Mengapa ayah mencegahku ke pelabuhan?"
"Apa yang kamu lihat disana?"
"Banyak," sahut Ben.
"Kapal besar dengan teknologinya yang rumit. Asyik kalau diperhatikan."
"Dilaut pekerjaan yang berbahaya. Masih banyak pekerjaan menarik dari pada menjadi pelaut," kata ayahnya.
Ben diam saja.

Tidak mungkin Ben melupakan laut. Kedatangan kapal-kapal besar  di Teluk Massachusetts sangat banyak. Dari berbagai negara.

Kapal besar dengan beberapa layar yang mengembang ditiup angin. Angin adalah kekuatan yang dapat dimanfaatkan.
Menarik jika ingin berlayar melihat dunia lain selain kota Boston ini. Dunia yang tidak banyak  dikenal ada diluar sana. Ben ingin melihatnya.

Cerita sebelumnya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun