Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menarik Investasi, Jokowi Kunjungi SpaceX

16 Mei 2022   20:26 Diperbarui: 16 Mei 2022   20:35 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden Indonesia Joko Widodo bertemu dengan CEO Tesla Elon Musk di Texas pada tanggal 14 Mei lalu.

Presiden mengunjungi Musk,  setelah menghadiri KTT khusus ASEAN-AS di Washington pada 12-13 Mei. Seperti kita lihat, dalam foto penampilan Elon Musk tetap seperti biasa dengan kaos oblonknya. Musk seperti tidak menyadari,  bahwa dia bertemu dengan sebuah negara besar yang punya penduduk terbesar ke empat dunia. Tapi itulah Musk seorang bilioner yang cuek dan punya kegiatan supersibuk .

Belum jelas hasil kunjungan tersebut,  kecuali ada undangan untuk Musk  November tahun ini, untuk hadir di Kelompok Dua Puluh (G20)  di Bali. Indonesia telah mencoba untuk mencapai kesepakatan dengan Tesla mengenai investasi baterai dan ingin bekerja sama dengan perusahaan teknologi ruang angkasa Musk.

Sebelumnya, Musk sedang dalam pembicaraan dengan India tentang desain basis produksi di negara itu.

Namun diduga   tarif impor India yang tinggi dan kurangnya ekosistem untuk mendukung penjualan kendaraan listrik telah membuat Musk khawatir, dan dia sekarang mungkin melirik Indonesia untuk Tesla.

Perwakilan Tesla dikabarkan telah bertemu dengan Pusat Produksi Nikel Morawali di Sulawesi.

Menteri Koordinator Bidang Penanaman Modal dan Maritim Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kepada media bahwa "mereka" (Tesla) sangat senang dengan data yang mereka terima sejauh ini."

Sebelumnya Luhut ke Texas bertemu dengan Musk . Pemilik Tesla ini dikabarkan  tertarik membangun pabrik kendaraan listrik Tesla di Indonesia untuk pasar Asia.

Itu adalah  mobil listrik  dengan baja tahan karat dan baterai lithium terner. Nikel logam menyumbang hampir 30% dari total biaya baterai. Saat ini, semua model Tesla dilengkapi dengan baterai lithium terner. Oleh karena itu, Musk sangat mementingkan sumber daya nikel.

Sejak tahun 2021, Tesla   telah menandatangani perjanjian pasokan dengan sejumlah pemasok nikel. Diantaranya  Talon Metals untuk membeli 75.000 ton konsentrat nikel dari proyek yang sedang dikembangkan di negara bagian Minnesota, AS.

Tesla juga melirik pertambangan terbesar dunia BHP Billiton Group dan menandatangani perjanjian untuk memasok bahan nikel dari Australia.

Begitu juga nikel di pulau Kaledonia Baru di Pasifik Selatan. Raksasa pertambangan Brasil Vale (Vale) juga telah menandatangani perjanjian pasokan nikel jangka panjang dengan Tesla (Tesla).

Vale akan memasok Tesla dengan nikel yang diproduksi di tambang Kanada. Menurut data United States Geological Survey, cadangan sumber daya nikel dunia pada tahun 2020 Indonesia menempati urutan pertama dengan sekitar 21 juta ton atau  22 persen.  Pada tahun 2021, produksi tambang nikel Indonesia mencapai 37 persen dari total produksi tambang nikel dunia. Ini menjadi peringkat pertama di dunia.

Indonesia telah berkomitmen untuk mengembangkan industri kendaraan listrik berbasis nikel.

Saat ini,  Indonesia telah mencapai kesepakatan bernilai miliaran dolar dengan perusahaan terkait di Cina dan Korea Selatan.

Tsingshan Group dan   Huayou Cobalt  telah  berinvestasi dan membangun sejumlah proyek peleburan nikel laterit di Indonesia.

Usaha patungan dengan perusahaan milik negara Indonesia PT Aneka Tambang (ANTAM) dan PT Industri Baterai Indonesia (IBI)  termasuk pengembangan dan peleburan bijih nikel, produksi baterai dan bahan katoda, serta daur ulang baterai.

Dengan potensi ini, seharusnya Tesla tertarik berinvestasi di Indonesia.  Namun siapa tahu, Tesla punya banyak proyek dan mobil listrik cuma salah satu dari usahanya. Bos Tesla ini banyak punya kegiatan besar antara lain  adanya proyek SpaceX,  Starlink, Nerolink dan terakhir Twitter yahg dibeli dengan harga fantastis.

Semuanya itu banyak membutuhkan buah pikiran Musk. Jadi butuh tenaga ekstra jika ingin menarik Musk untuk berinvestasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun