Kuraitaji Pasa Sinayan, Urang Mudo Manggaleh Lado, Capek kaki ringan tangan, Namun selero lapeh juo.
Ini adalah sebuah pantun dari negeri Kuraitaji yang termasuk kota Pariaman. Diatasnya lagi adalah "Pauahkamba" atau Pauh (Mangga) Kembar.
Di Jakarta mungkin kalau dialih bahasakan menjadi Mangga Dua.Â
Seperti pantun diatas, setelah mengadu nasib hidup dirantau "basitungkin" atau ulet dan bekerja  tidak malas, saatnya pulang kampung untuk melepaskan kangen kepada keluarga dan selera.
Bertemu dengan sanak famili juga mencari makanan  enak enak. Banyak yang tidak ada dirantau. Tidak semua hidangan di rumah makan Padang  ada di rumah makan Padang Jakarta.
Dapat saya sebutkan, Â seperti gulai cencang rebung, sambalado tanak, dendeng batokok, asam pedas ikan piaman atau gulai kapalo ikan (khas Pariaman)
Di Kuraitaji  tidak dapat saya tinggalkan adalah makan "ketupat gulai paku"Kuraitaji. Â
Enak sekali dan ada bumbu khas seperti pala dan makannya juga dipasar yang sederhana seharga kaki lima.
Ketupat di hari lebaran, tidak menjadi khas di negeri ini. Setiap rumah menyediakan makanan rendang, gulai dan soto Padang serta minuman yang lezat. Kita saja yang pandai pandai makan sedikit. Agar tidak "kelelapan" makan disetiap tempat yang dikunjungi. Setiap datang terus saja diajak makan. Mana tahan ini perut...
Untungnya hari ketiga dapat pergi berjalan jalan ke Padang kerumah saya di Siteba dan Pantai Kuala Nyiur. Ada dua rumah saya ex KPR BTN type 36 dan type 70 yang disewakan.
Setelah makan ketupat gulai paku, mencari lagi Ketupat Gulai Pitalah. Ini ketupat gulai Padang yang berbeda dari yang biasa kita rasakan.
Ketupat pitalah adalah ketupat gulai yang berasal dari negeri Pitalah didekat danau Singkarak , Sumbar.