Semenjak tanggal 18 Februari 2021 lalu dan sampai saat ini dalam beberapa hari terakhir CCTV Cina melaporkan bahwa pemerintahnya siap mempelajari penggalian untuk memperluas Tanah Genting Kra di Thailand.Â
Stasiun televisi Cina CCTV juga telah merilis laporan khusus berjudul Silk Road to the Future  yang menyatakan Pemerintah Cina sedang mempelajari proposal untuk membangun dan mendanai proyek Tanah Genting Kra Thailand.
 Ini adalah bagian dari inisiatif Belt and Road atau Jalan Sutra Baru.
Menggali Terusan Kra juga akan membantu menghasilkan pendapatan besar bagi ThailandÂ
Tanah Genting Kra telah diminati sejak tahun 1677 pada masa pemerintahan Raja Narai yang Agung. Â Rencananya menggali terusan yang menghubungkan Teluk Thailand dengan Laut Andaman sejak masa pemerintahan Raja Narai Agung.Â
Insinyur Prancis telah lama mensurvei medan dan setuju bahwa jalur air yang ada dapat disesuaikan untuk mencapai Tenasserim dan Myeik.
Ide pertama untuk membangun hubungan laut antara dua wilayah di wilayah selatan Thailand      Sampai pemerintahan Raja Buddha Yodfa Chulalok Untuk alasan strategis menguasai kedua pantai Thailand dan mencegah ancaman dari musuh.Â
 Tanah Genting Kra, adalah bagian tersempit dari Semenanjung Malaya, terletak di Ban Thap Lie, Kecamatan Ma Mu, Kabupaten Kra Buri, Provinsi Ranong.
 Tanah Genting Kra untuk memperpendek jarak navigasi dari Laut Andaman ke Teluk Thailand. tanpa harus memutar ke Semenanjung Malaya dan Indonesia (selat Malaka)
 Cina  dengan Thailand telah sepakat akan menggali Tanah Genting Kra mengembangkan Proyek Tanah Genting Kra "Big Tu"
Tanah Genting Kra akan  menghubungkan Teluk Thailand dan Laut Andaman .
Rute baru ini akan mengembangkan ekonomi dan keamanan nasional Thailand dan Ekonomi Cina Â
 Presiden Xi Jinping akan mengembangkan garis batas ekonomi  jalur Tanah Genting Kra yang memiliki panjang 102 km lebar 400 m dan dalam 25 m.Â
Pembangunan memakan waktu kurang lebih  10 tahun dengan anggaran sekitar 28 miliar dollar AS. Cina akan mendapatkan keuntungan dalam banyak hal. Karena  akan memperkuat kerja sama ekonomi Cina dengan negara-negara lain. Barang barang Cina dan kedua belah pihak dapat diterima lebih cepat. Cina tidak lagi harus bergantung pada Selat Malaka milik Malaysia dan Indonesia. Memperpendek jarak kapal setidaknya 1.200 km dan waktu tempuh sekitar 2-5 hari.
Terpenting lagi, mengurangi kerusakan ekonomi dari bajak laut yang mencuri barang dan minyak di Selat Malaka yang sering terjadi.
Cina mengimpor sekitar 80% dari total minyak yang digunakan di negara tersebut dari Timur Tengah dan Afrika. Cina juga akan lebih siap menghadapi situasi di luar negeri.Â
 Cina akan memenangkan konflik dengan AS serta negara di Asia Tenggara yang mungkin pro AS dan dapat  menutup Selat Malaka.
Ini akan sangat  mengacaukan ekonomi Cina.
Jika ini terealisasi, akan sangat memukul Singapura karena kapal tidak lagi berlabuh dinegara
tersebut .
Aceh mungkin diuntungkan karena dekat dengan proyek ini.
Mari kita lihat apakah proyek ini akan terlaksana karena sudah sejak lama menjadi pro dan kontra di Negara gajah putih itu karena biayanya yang besar dan kini Cina turun tangan .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H