Beda kalau dikampung, Â ada harta istri sawah, ladang yang dikerjakan. Anak anak dekat ke mamak atau saudara lelaki ibu.
Kewajiban suami setelah menikah selain membelikan istri pakaian dan emas sewaktu pengantaran atau " antar mengantar" kerumah mertua tahun pertama setelah menikah. Mengantarkan "jamba"Â dan mertua laki laki membalasnya dengan lebih banyak.Â
Menantu laki laki juga punya kewajiban untuk mengundang teman teman dan sahabat sebaya "berpesta" di rumah istri. Kewajiban itu tidak boleh jadi beban pihak keluarga perempuan. Â Tapi sepenuhnya dari pihak keluarga lelaki. Bisa jadi mertua laki laki kalau suami belum mampu.Â
Ada lagi menyediakan uang receh bagi anak anak yang berkunjung kerumah. Ini sudah menjadi kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan. Anak anak pergi kerumah kita dengan istilah "manambang" Pamer kebaikan kepada anak anak dan gilirannya pandangan tetangga. Mengukur kemampuan.
Persediaan uang baru "dua ribuan" seharusnya cukup. Beli baju baru untuk anak dan istri dan diri sendiri sudah suatu keharusan. Malu kalau tidak bisa.Â
 Itu juga tidak salah karena menghargai hari lebaran.
Di Pariaman agak beda sedikit dengan adat minang yang berlaku di Pagaruyung.Â
Di Pariaman tidak berlaku " ketek banamo, gadang bagala" Tidak ada gelar Sutan Pamenan (ini  jangan di alih bahasa indonesia iya ) atau Sutan Batuah.  Di Pariaman gelar tidak dari kaum.Â
Gelarnya dari ayah turun keanak. Suku tetap dari ibu.  Gelar di Pariaman adalah Sutan, Bagindo atau Sidi  ke anak lelaki.  Orang Pariaman terkenal ulet. Ada istilah "mada" dalam arti positif dan negatif.Â
Mada artinya ulet dan tidak kenal menyerah. Bisa jadi tidak mau menerima perintah begitu saja kalau tidak berkenan. Â Berlaku juga dalam membuat rumah adat.Â
Tidak ada peninggalan "rumah-bagonjong" di Pariaman. Â Adanya "rumah gadang" yang berbeda. Orang Pariaman zaman dulu tidak membuat rumah bagonjong.Â