Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Garis Durand Akan Menjadi Sengketa Pakistan dan Afghanistan (Taliban)

15 April 2022   16:59 Diperbarui: 15 April 2022   17:07 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasukan elit Badri-313 milik Imarah Islam Afghanistan melarang Pakistan membuat garis pembatas. Sumber: Twitter via Arrammah.id

Taliban  memperingatkan Pakistan agar tidak menarik garis sepihak di garis Durand. 

Apa itu garis Durand, itu adalah nama perbatasan antara Afghanistan dan Pakistan.

Dinamai menurut nama seorang kolonel Inggris dari tahun 1890-an dan sekarang menjadi batas Afghanistan dan Pakistan.

Konflik perbatasan yang sudah berlangsung lama antara Afghanistan dan Pakistan,  yang belum terselesaikan sampai saat ini tentang Garis Durand sepanjang 2.640 kilometer.

Ini bisa jadi konflik  antara Afghanistan dan Pakistan dan akan menjadi sumber ketidakstabilan didaerah ini.

Dalam perjanjian yang ditandatangani pada tahun 1893, diplomat Inggris Sir Mortimer Durand membagi jantung Pashtun dengan membatasi lingkup pengaruh politik Raja Afganistan saat itu, Abdurrahman Khan (1880-1901) sebagai zona penyangga antara kepentingan Inggris dan Rusia. 

Sampai hari ini, Afghanistan tidak pernah menerima atau mengakui batas ini 

Meskipun secara resmi diakui di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan di seluruh komunitas internasional sebagai perbatasan barat Pakistan, namun tidak bagi Afghanistan. 

Itu terjadi  sejak penciptaan. dari negara Pakistan pada tahun 1947, 

Afghanistan adalah satu-satunya negara di dunia yang menentang keanggotaan Pakistan di Perserikatan Bangsa-Bangsa, karena penolakannya untuk mengakui Garis Durand, dan menuntut agar orang Pashtun yang tinggal di sisi Pakistan diberi hak untuk mandiri. 

Warga Afghanistan melewati pagar keamanan untuk memasuki wilayah Pakistan (foto: VOA Indonesia. 
Warga Afghanistan melewati pagar keamanan untuk memasuki wilayah Pakistan (foto: VOA Indonesia. 
Perselisihan garis Durand   telah berlangsung selama bertahun-tahun antara Pakistan dan Afghanistan dan sekarang ketika Taliban berkuasa menjadi mengemuka. 

Taliban lebih berani, mencegah tentara Pakistan membangun pagar dan pos militer di perbatasan Afghanistan.

Pakistan berharap masalah itu akan diselesaikan selama pemerintahan Taliban. Taliban menanggapi serius dengan mengambil langkah besar, membentuk komite kementerian bersama pada hari Senin untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Kantor berita  Tolo News mengatakan, dalam pertemuan yang dipimpin oleh wakil perdana menteri kedua pemerintah Taliban Afghanistan, Abdul Salam Hanafi semua masalah yang terkait dengan ini dijanjikan diselesaikan melalui saling pengertian.

Penasihat Keamanan Nasional Pakistan (NSA) Moeed Yusuf setelah pertemuan kembali  kembali ke Islamabad pada Minggu malam setelah mengadakan pembicaraan dengan beberapa pejabat Imarah Islam.

Pendapat pakar politik kedua negara "berbeda pendapat" mengenai masalah ini. Seorang analis politik di Afghanistan menunjukkan bahwa sebuah komite seharusnya dibentuk yang akan bekerja untuk menghilangkan pagar tersebut. 

"Masalah  tidak akan diselesaikan melalui pembentukan komite bersama," ujarnya. 

Pembangunan pagar dan pos militer oleh tentara Pakistan di provinsi Nimroz Afghanistan dituduh  bahwa Pakistan telah memasuki 15 kilometer ke perbatasan Afghanistan.

Komandan Taliban Mavallawi Sanaullah Sanagin telah memperingatkan Pakistan bahwa mereka tidak akan pernah membiarkan ini terjadi dengan cara apa pun. 

"Kami tidak akan membiarkan mereka melakukan hal seperti itu,"ujarnya

Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi baru-baru ini mengatakan bahwa sengketa perbatasan dengan Afghanistan akan diselesaikan melalui cara damai dan upaya diplomatik.

Apakah sengketa ini dapat diselesaikan secara damai oleh Pemerintahan yang baru terbentuk yaitu Syahbaz Syarif masih jadi tanda tanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun