Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bisakah Kesalahan Kecil Jadi Perang Besar?

30 Maret 2022   14:42 Diperbarui: 30 Maret 2022   14:49 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu bisa terjadi dan juga tidak. Seperti Amerika dan Rusia misalnya.Amerika dan Rusia memiliki mekanisme komunikasi langsung, yang disebut jalur dekonflik, yang dirancang untuk memastikan bahwa tidak ada  kesalahan yang tidak sengaja dan mematikan.Para perwira juga akan menahan diri dan berpikir dua sampai tiga kali. 

Sampai saat ini cara berpikir mereka masih efektif mencegah konflik.

Pada tahun 1983, misalnya, Letnan Kolonel Soviet Stanislav Petrov diperingatkan oleh sistem peringatan dini bahwa serangan nuklir AS kemungkinan akan datang.

Seandainya Petrov memberi tahu atasannya tentang pesan itu, kemungkinan besar mereka akan meluncurkan"segera" rudal sebagai balasan.

Namun mereka beranggapan itu adalah alarm (peringatan) palsu dan memilih untuk tidak mengatakan apa-apa.

Sikapnya itu berpotensi menyelamatkan  jutaan orang.

Selama perang penuh antara Amerika Serikat dan Rusia, konon ada banyak insiden yang dapat menyebabkan eskalasi nuklir yang tidak disengaja semacam ini.

Putin telah memerintahkan pasukan nuklir Rusia dalam siaga tinggi saat ini dan ketegangan meningkat dengan Barat.  Perkiraan "kecil atau besar" yang salah bisa menyebabkan perang besar.

Untungnya  ada pemimpin kedua negara yang rasional atau bertanggung jawab  tidak mau mengambil risiko.

Presiden Joe Biden tampaknya telah belajar dari Perang Dingin. Dia dengan sangat jelas mengesampingkan segala bentuk intervensi langsung AS di Ukraina, tidak ada bukti bahwa pikirannya akan berubah.

Kejadian terakhir juga terjadi ketika India dan Pakistan yang masih tidak mau berbaikan.

Entah salah pencet atau salah hitung, uji coba rudal India "Brahmos" melesat masuk ke daerah Pakistan tanggal 09 Maret 2022

Rudal yang bisa dipersenjatai nuklir itu segera jatuh di Pakistan.

Angkatan Udara memang melihatnya dan Pakistan tidak menembak jatuh.

Apakah Pakistan kalah canggih dari Angkatan Udara India sehingga tidak bisa menjatuhkan rudal India?

Militer Pakistan mengatakan bahwa mereka tahu  rudal itu lepas landas dari Sirsa di India dan tak lama setelah rudal itu berubah arah dan berbelok ke arah Pakistan.

Rudal itu jatuh di daerah Mian Channu di Pakistan kata
Mayor Jenderal Babar Iftikhar, Pakistan.

Mayor Jenderal Iftikhar mengatakan tidak ada korban jiwa maupun harta benda akibat kejadian ini.

 Mereka tidak membalasnya kecuali  protes. Meski tetap tegang, tapi "perang dingin" India Pakistan
saat itu tidak ada situasi panas yang memungkinkan India menyerang Pakistan.

Setelah protest, India juga buru buru minta maaf. Mereka terima permintaan maaf India dengan teguran. 

"Lain kali hati hati dong, jangan ceroboh."

Sebagai gantinya  Pakistan dua hari setelahnya meng-uji coba pula rudalnya "Gazhnafi" yang tidak kalah canggihnya kedaerah bebas.  

Tidak ditujukan ke India tapi kelaut.  Cuma ingin menunjukan bahwa mereka juga bisa dan tidak salah arah atau pencet.

Apa jadinya jika perwira yang berjaga salah baca dan juga menembakan peluru kendali (rudal) juga ke India? Mungkin kembali pecah pertempuran.

Sampai saat ini  dan tidak ada 'tegur sapa' karena masalah "Kashmir" belum selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun