Saya termasuk punya pengalaman ketika sekolah di SMP tidak memakai seragam.Sekolah Rakyat nama lain untuk SD dan SMP Â juga tidak diwajibkan pakai seragam ketika itu. Mungkin karena didaerah dan kewajiban seragam belum ketat.
Pakaian harus digosok pakai setrika arang tempurung, adalah katun atau  kepar  diberi kanji.  Pakaian ketika itu mahal, saya berbahagia ketika ayah memberikan celananya yang bisa divermak jadi dua potong celana pendek untuk saya.
Tapi kebahagiaan tidak berlangsung lama, karena Pakaian second itu robek dan tidak tahan lama.
Suatu hari teman saya memakai baju yang tampaknya tidak perlu digosok, tetap saja tidak berkerut.
Saya memandang baju teman saya itu "mentereng" dan cemburu. Namanya dari tetoron diimpor dari Jepang. Dicuci tanpa digosok masih rapi tanpa banyak kerutan.Â
Jadi beruntung saat ini anak anak sekolah berpakaian seragam.
Seragam sekolah dapat diartikan semua siswa mengenakan pakaian dengan harga dan merek yang sama.
 Ini membantu siswa untuk melihat satu sama lain sebagai setara - dalam belajar maupun bermain.
Seragam menghapus semua prasangka tentang apa yang harus dikenakan untuk sekolah .
Seragam juga sebagai
 identitas kelompok. Pelajar atau siswa bisa merasakan i diri mereka sendiri tanpa  individualitis.
Seragam sekolah membantu guru dan staf sekolah mengidentifikasi siapa siswa dan siapa yang bukan, bahkan dari jarak yang lebih jauh. Hal ini memudahkan mereka untuk menjaga keselamatan siswa dan tidak meninggalkan gedung atau halaman sekolah. Juga, lebih mudah bagi staf dan siswa itu sendiri untuk mengidentifikasi siapa saja yang memasuki  sekolah sebagai penyusup.