Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mariupol Gawat, Dua Kali Diserang Rudal Hypersonik Rusia

21 Maret 2022   19:57 Diperbarui: 21 Maret 2022   20:05 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung dan Kompleks perumahan  hancur akibat serangan Rusia di Mariupol, Ukraina (Foto: Azov regiment press service/via Reuters) 


“Kami melihat dengan jelas sekarang bahwa tujuan Rusia adalah untuk mulai menciptakan kelaparan di kota ini untuk menegakkan posisi mereka dalam proses diplomatik.

Gurin mengatakan tim tidak dapat membersihkan puing-puing teater yang menurut pejabat Ukraina dibom oleh Rusia Rabu lalu.

Ratusan orang diyakini masih terjebak di ruang bawah tanah.
Gurin tidak dapat memberikan perkiraan berapa banyak orang yang berhasil melarikan diri dari daerah tersebut karena "kami tidak memiliki hubungan dengan Mariupol.

Rusia menawarkan untuk membuka koridor kemanusiaan dari kota mulai pukul 10 pagi waktu Moskow (7 pagi GMT) jika penduduk meletakkan senjata.

“Tentu saja kami menolak proposal ini,” kata Vereshchuk. "Situasi di sana sangat sulit."

Dewan Kota Mariupol mengatakan Penduduk Mariupol , yang terus-menerus dibom oleh Rusia, banyak yang telah dibawa ke Rusia selama seminggu terakhir, lapor dewan kota Mariupol.

Dewan mengatakan bahwa “beberapa ribu penduduk Mariupol dideportasi ke Rusia. Para penjajah  (Rusia) secara ilegal memindahkan orang-orang dari distrik Left Bank dan tempat penampungan di gedung klub olahraga, di mana lebih dari seribu orang (kebanyakan wanita dan anak-anak) bersembunyi dari pengeboman terus-menerus,” bunyi pernyataan itu.


Dewan mengatakan bahwa penduduk dibawa ke "kamp filtrasi, di mana penjajah memeriksa telepon dan dokumen orang". Setelah itu, penduduk "dialihkan ke kota-kota terpencil di Rusia, nasib lainnya tetap tidak diketahui"

Bagaimana nasib kota yang terkepung masih tanda tanya. Akankah mereka akan menyerah?


Artikel Terkait: Rudal Kinzhal si Belati Maut Yang Ditakuti Barat Digunakan Di Ukraina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun