.
dr Ai Fen pengungkap Virus Corona terkait isi wawancaranya dengan sebuah majalah berbahasa Cina, Renwu Menghilang secara misterius. Inilah kisahnya.
***
Ketika Corona Virus Disease merebak, tidak ada yang tahu peristiwa itu akan membuat dunia berubah. Dunia harus membuat kehidupan normal baru "new normal"
Indonesia tidak yakin, Virus itu akan datang ke tanah air, dan dengan PD menyatakan " Virus tidak berkembang" didaerah tropis yang mendapat cahaya setiap tahun.Â
Apa lacur, ini menjadi pandemi yang tidak tertahankan "menyiksa" seluruh dunia.  Indonesia serta dunia dihantam badai Virus Corona Disease yang  belakangan disebut sebagai Covid-19
dr. Ai Fen  telah membunyikan alarm wabah COVID-19 Wuhan. Dia adalah direktur UGD Rumah Sakit Pusat Wuhan.
Pada tamggal 30 Desember 2019, dr Ai Fen menerima laporan tes virus untuk pasien dengan pneumonia yang tidak diketahui. Dia melingkari kata "SARS coronavirus" dengan warna merah.
Malam itu, laporan itu menyebar ke kalangan dokter di Wuhan, dan  delapan dokter yang menyebarkan "didisiplinkan" atau ditegur keras oleh polisi.
Ai Fen sebagai sumber asli  dan mengalami "teguran yang parah
Dia dituduh   bertindak tidak profesional dengan menciptakan rumor palsu.
Dia duduk sendirian di kantor ruang gawat darurat dengan putus asa.
Dia harus menyebutkan kata "penyesalan" beberapa kali.
Tapi kemudian, dia memiliki penyesalan 'utama' ketika  rekan kerjanya banyak yang  meninggal.
Peristiwa itu terjadi, pada tanggal 16 Desember 2019. UGD menerima seorang pasien di departemen darurat rumah sakit Wuhan.Â
Pasien mengalami demam tinggi yang tidak dapat dijelaskan.
Pasien  tidak menanggapi pengobatan standar, suhu tubuh mereka tidak turun sama sekali.
Pada tanggal 22 Desember 2019 pasien dipindahkan ke departemen pernapasan.
Dilakukan bronkoskopi, dan cairan paru diambil dan dikirim untuk sekuensing genetik throughput tinggi. Segera setelahnya, 27 Desember, banyak pasien lain tiba di Jalan Nanjing rumah sakit Wuhan.
Seorang pasien berusia 40-an, paru-parunya dalam kondisi yang mengerikan, dan saturasi oksigen darahnya hanya 90%.
Pada tengah hari pada tanggal 30 Desember 2019, ada banyak orang dengan tinggi demam datang memenuhi rumah sakit.Â
Tepat setelah jam 4 sore hari itu, seorang rekan menunjukkan kepada "Aifen" sebuah laporan diagnostik yang mengatakan: "Virus corona SARS, Pseudomonas aeruginosa, 46 jenis bakteri (bakteri dan / atau jamur) yang menjajah rongga mulut dan / atau saluran pernapasan)".
Saya, kata Aifen membaca laporan itu sangat hati-hati berkali-kali, dan informasi tambahan berbunyi: "SARS coronavirus adalah virus RNA untai positif untai tunggal.
Cara utama penularan virus adalah penularan droplet jarak dekat atau kontak dengan sekresi pernapasan pasien, Â sangat menular dan dapat mempengaruhi berbagai sistem organ, juga dikenal sebagai pneumonia atipikal. "
"Pada saat itu, laporan diagnostik membuatku takut," kata Aifen.
Aku berkeringat dingin, saya segera menelepon dan melaporkannya ke divisi kesehatan publik rumah sakit dan divisi penyakit menular.
Pada saat itu, direktur departemen pernapasan rumah sakit kami kebetulan melewati pintu kantor saya, seseorang yang telah terlibat dengan SARS.
Saya meraih direktur dan berkata, "Kami menemukan ini di salah satu pasien di departemen Anda."
Direktur melihat sekali dan mengatakan itu mengkhawatirkan.
Pada jam 5 pagi pada tanggal 1 Maret 2020 kolega dan direktur tiroid dan operasi payudara Jiang Xueqing terinfeksi pneumonia coronavirus dan meninggal.
Dua hari kemudian, menyusul Mei Zhongming, wakil direktur oftalmologi "dihantam" gejala penyakit itu juga  meninggal.Â
Dia dan Li Wenliang berada di departemen yang sama. Lebih dari 200 karyawan di rumah sakit terinfeksi, termasuk tiga wakil dekan dan beberapa direktur departemen kerja.
Informasi ini kemudian diteruskan ke Dr. Li Wenliang yang kemudian juga dengan lantang menyatakan kekawatirannya.
Tapi polisi mengatakan kepada Dr. Li untuk tidak menyebabkan keributan dan kembali bekerja.
 Dr. Wen  meninggal setelah itu terkena penyakit coronavirus.
Penduduk Wuhan di Provinsi Hubei, Cina, nyaris menangis saat kota itu ditutup.
Layanan pesawat dan kereta api keluar dan masuk kota Wuhan, pusat dari virus baru mirip SARS itu dibatalkan.
 Transportasi umum dan lainnya untuk keluar kota juga ditangguhkan. Penduduk diperintahkan untuk tidak pergi dalam upaya mengendalikan penyebaran virus.
Apa daya setelah lonjakan jumlah korban itu terjadi setelah Provinsi Hubei  81 kematian baru menjadi 803 Orang dalam waktu singkat. Tragedi mulai menyebar ke dunia dan bermutasi berbagai jenis, Delta dan terakhir Omicron.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H